Wisata
Gambaran Sifat Buruk Manusia di Tari Topeng Kelana Indramayu
Tari Topeng Kelana sudah dikenal oleh masyarakat umumnya masyarakat Indramayu, Jawa Barat, menggambarkan sifat buruk manusia
Penulis: Cahya Nugraha | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Sebuah tarian tidak hanya sekedar kumpulan gerakan, namun selalu sarat makna dan filosofi.
Baik gerakannya dan juga busana serta atribut yang dikenakan saat menari.
Tari Topeng Kelana sudah dikenal oleh masyarakat umumnya masyarakat Indramayu, Jawa Barat.
Tari Topeng Kelana menggambarkan sifat buruk manusia yang dipenuhi dengan emosi dan amarah.
Baca juga: 7 Tempat Makan yang Dapat Dikunjungi Saat Berwisata di Puncak, Bogor, Jawa Barat
Gerakan tarian ini menggambarkan seseorang yang sedang mabuk, marah, tertawa dan lain sebagainya.
Baju kurung lengan pendek berwarna merah, mongkron sebagai penutup dada yang digunakan dari bahu sampai pinggang, selanjutnya ada sampur, kain penutup dan sumping.
Bagian kepala, terdapat Mahkota berwarna hitam, dengan bunga dari bandul berwarna Merah serta aksesoris gelang tangan dan Gelang Kaki.
Selanjutnya paling Utama adalah Topeng, penggunaan dilakukan dengan cara digigit dari dalam.
Baca juga: Wisata Edukasi Mengenal Hewan Prasejarah di Museum Zoologi, Bogor
Ki Warsad yang merupakan maestro wayang golek cepak sekaligus dalang dari Gadingan, Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat.
Ia mengiringi penari dengan suara merdunya.
Sambil sering kali memuji "iya, bagus", ucapnya.
Ki Warsad berpesan bagi masyarakat yang hendak berlatih kesenian tari ini bisa datang ke sanggarnya. Berlokasi di Gadingan, Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat.
Baca juga: Hanya 5.000 Rupiah, Bisa Bermain sambil Belajar di Museum Nasional Indonesia, ada Wahana Imersifa
Semenjak lebaran Ki Warsad menuturkan banyak dari turis yang berkunjung ke sanggarnya untuk bisa mengenal kebudayaan ini lebih dekat.
"Tamu terakhir dari Amerika, ia kesini untuk mempelajari wayang, musik dan tari. Siapapun boleh datang, silahkan. Pintu saya terbuka untuk yang ingin belajar atau sekedar bertamu saja," ucapnya.
Ki Warsad berharap bukan hanya turis mancanegara saja yang turut belajar kesenian ini, namun juga masyarakat Indonesia, agar kesenian dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tetap terus terjaga.
"Saya orang kecil, harapan saya cuma biar kesenian ini tidak punah. Apapun itu keseniannya mari dijaga bersama," ucapnya. (Cahya Nugraha/m33)