Jakarta

Perubahan Nama Jalan di Jakarta Berpotensi Menghilangkan Nilai Sejarah dan Budaya

Nama jalan diganti atau diubah di DKI Jakarta bisa berpotensi menghilangkan nilai sejarah dan budaya dari suatu wilayah.

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Alfian Firmansyah
Jalan M Mashabi ini semula bernama Jalan Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Perubahan nama jalan yang dilakukan Guberbur DKI Jakarta Anies Baswedan ini, menurut sejarawan JJ Rizal, berpotensi menghilangkan nilai sejarah wilayah dan budaya. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Nama jalan diganti atau diubah di DKI Jakarta bisa berpotensi menghilangkan nilai sejarah dan budaya dari suatu wilayah.

Alasannya, ada nama-nama jalan yang diubah oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu memiliki nilai historis atau sejarah warga setempat.

Menurut sejarawan JJ Rizal, penggantian nama jalan menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

Apalagi jika perubahan nama jalan itu dilakukan secara asal tanpa menimbang baik-buruknya penggantian nama tersebut.

"Jika asal akan menimbulkan kerugian kehilangan sejarah dan nilai budaya. Sebab pada nama tempat, nama jalan juga tersimpan sejarah dan nilai budaya yang penting,” kata Rizal, Kamis (30/6/2022).

Dia mencontohkan nama Jalan Warung Buncit Raya di Jakarta Selatan yang diubah menjadi Jalan Hj Tutty Alawiyah.

JJ Rizal menilai, nama Jalan Warung Buncit memiliki sejarah keindahan toleransi dan inklusivitas masyarakat Betawi.

Warga di sekitar Warung Buncit identik dengan Islam memberi nama jalannya dengan figur seorang Tionghoa bernama Tan Boen Tjit.

Nama tersebut, kata dia, menjadi toponimi Warung Buncit.

"Bukankah ini nilai sejarah budaya yang penting buat kekinian kita,” ujar Rizal.

Namun kini, nama jalan tersebut diganti menjadi nama Tutty Alawiyah yang mantan Menteri Peranan Wanita Indonesia era Presiden Soeharto pada 1998-1999.

Baca juga: 5 ribu Warga Jakarta Perbarui KTP-el Buntut Penggantian 22 Nama Jalan

Begitu juga nama Jalan Kebon Kacang di Jakarta Pusat yang kini menjadi Jalan M Mashibi dan Jalan Bambu Apus di Jakarta Timur menjadi Jalan Mpok Nori.

Dia menjelaskan, kedua nama jalan tersebut sebelumnya justru mengandung pesan leluhur untuk mengajak masyarakat agar mengorientasikan kota ke masa depan sebagai kota hijau.

"Nah, ini pesan yang penting karena sekarang Jakarta krisis ruang terbuka hijau,” ucapnya.

Hal terpenting penggantian nama jalan sebetulnya bukan pada tokohnya yang diabadikan menjadi nama jalan.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved