Lifestyle

5 Hal Bijak Berinternet, Banyak Perusahaan yang Menyeleksi Calon Karyawan Lewat Jejak Digital

Di dunia digital saat ini  cuma ada 2 pilihan. Dipengaruhi atau mempengaruhi.

Penulis: Lilis Setyaningsih | Editor: Lilis Setyaningsih
istimewa/Kemenkominfo
Seminar Literasi Digital Pesantren di Auditorium Kampus IDIA Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Di dunia digital saat ini  cuma ada 2 pilihan. Dipengaruhi atau mempengaruhi.

Untuk bertahan di dunia saat ini tentunya dunia digital harus dikuasai.  Apalagi buat generasi muda. 

"Kita tahu bahwa evolusi 4.0 ini memang tidak bisa kita hindari. Kita sudah berada di tengah-tengah dunia global yang diantaranya adalah dunia digital," kata Muhtadi Abdul Mun’im, Rektor IDIA Al-Amien Prenduan dalam seminar  Literasi Digital Pesantren yang diadakan Kemenkominfo secara daring belum lama ini.

"Ada dua pilihan di dalam dunia digital ini.  Apakah kita bisa mempengaruhi atau dipengaruhi. Untuk itu, kita perlu tahu edukasi," imbuhnya.

"Kita bisa mengakses banyak pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan mempersiapkan diri untuk perubahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Makin cepat beradaptasi, makin banyak peluang kesuksesannya,” jelas Muhtadi Abdul Mun’im.

Irwan Sujatmiko, Diskominfo Kab. Sumenep, memaparkan tentang bijak berinternet.

Menurutnya ada  5 hal penting untuk bijak dalam berinternet, yakni;

Jangan terlalu mudah percaya pada informasi yang diterima,

Menjaga etika dalam bermedia sosial,

Menyaring informasi yang akan dibagikan,

Hati-hati dalam memberikan informasi atau data pribadi di internet,

Menggunakan media sosial sebagai sarana dalam mengekspresikan karya.

“Gunakan media sosial untuk menunjukan potensi kalian," lanjutnya di kesempatan yang sama. 

Irwan mengatakan, banyak perusahaan yang menyeleksi lewat jejak digital, bagaimana interaksi di media dan beretika atau tidaknya saat menggunakan media sosial.

"Dari hal tersebut sebaiknya kita harus selalu menjaga perilaku di media sosial," katanya.

Baca juga: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Tingkatkan Literalisasi Digital Guru

Rofiatul Rofiah selaku influencer dan praktisi literasi digital, menjelaskan tentang perilaku (behavior) di media sosial.

Digital era, your behavior is your health, kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan. Behavior orang yang main sosial media itu semua tergantung pada penggunanya," ujar Rofiatul di kesempatan yang sama. 

Perilaku itulah yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk.

"Sejauh apapun kita mempunya berbagai macam sosial, kita harus beretika. Karena fungsi etika adalah untuk menghindari, menyakiti perasaan orang lain," imbuhnya.

"Selain itu, pentingnya etika bermedia sosial adalah untuk menghindari kesalahpahaman di media sosial
dan etika ada untuk menghindari dari konflik,” ujar Rofiatul Rofiah.

Baca juga: 5 Tentang Tabungan dan Investasi Syariah 

 Andilala selaku praktisi literasi digital mengingatkan agar mahasiswa menerapkan budaya digital. 

“Mengapa mahasiswa perlu menerapkan budaya digital? Karena adanya hak dan kewajiban
mahasiswa melaksanakan advokasi dan aksi sebagai agen perubahan perubahan sosial yang
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasional dan bernilai lokalitas," katanya. 

Andilala menyimpulkan,  mahasiswa merupakan aktor perubahan-perubahan sosial yang diharapkan dapat menguasai transformasi digital sesuai dengan kebutuhan dan situasi nasional.

Sehingga dapat memberdayakan nilai lokalitas di tengah pengembangan digital maka perlu diaktualisasikannya budaya digital yang ber intisari Pancasila.

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved