Cacar Monyet

Ikatan Dokter Indonesia Rekomendasikan Prioritas Utama Penerima Vaksin Cacar Monyet

Masyarakat yang telah divaksin cacar, diyakini berisiko lebih rendah terpapar monkeypox.

Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Ign Agung Nugroho
Tribun Tangerang/Yolanda Putri Dewanti
Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Hanny Nilasari, SpKK saat konferensi pers virtual Satgas Monkeypox dan COVID-19 PB IDI, Jumat (26/8/2022). 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah menggodok siapa saja yang diprioritaskan untuk disuntik vaksin cacar monyet atau (monkeypox).

Ia menjelaskan, terdapat beberapa kelompok terindikasi akan menjadi prioritas utama penerima vaksin tersebut.

"Pada dasarnya, vaksin monkeypox tidak diberikan ke masyarakat umum. Vaksin diindikasikan hanya akan disuntikkan ke kelompok tertentu dan tentunya nakes yang merawat pasien," kata Hanny saat konferensi pers virtual Satgas Monkeypox dan COVID-19 PB IDI, Jumat (26/8/2022).

 

 

Adapun beberapa hal siapa saja yang diindikasikan akan diprioritaskan menerima vaksin cacar monyet rekomendasi PB IDI, di antaranya; 

1. Orang yang sudah terpapar virus monkeypox.

2. Orang yang melakukan kontak erat, baik itu skin to skin atau pajanan mukosa atau cairan dari lesi penderita.

3. Orang yang berada di satu ruangan yang sama dengan penderita.

4. Seseorang yang masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada penderita monkeypox atau tidur di satu ruangan yang sama dengan penderita.

5. Tenaga kesehatan yang kontak dengan penderita.

6. Orang yang tidak kontak langsung tapi satu ruangan dengan penderita

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, vaksinasi cacar diyakini masih memberikan proteksi terhadap cacar monyet alias monkeypox

Vaksinasi cacar pernah ada di Indonesia sekitar tahun 1980.

Masyarakat yang telah divaksin cacar, diyakini berisiko lebih rendah terpapar monkeypox.

 

Baca juga: Temuan Kasus Cacar Monyet, Prof Zubairi Minta Masyarakat Tidak Panik

 

"Untuk teman-teman yang lahir 1980 ke bawah itu (vaksinasi cacar) masih terproteksi, meski tidak menjamin sama sekali tidak terpapar," kata Budi dalam kegiatan virtual, Senin (22/8/2022).

Mantan wamen BUMN ini mengaku menjadi salah satu orang yang mendapatkan vaksinasi cacar pada masa itu.

"Kayak saya itu kalau dilihat tangannya tuh lengannya ada gores-goresnya (bekas suntikan cacar)," imbuh Budi.

Faktor vaksinasi inilah menurut Budi, yang menjadikan kasus monkeypox di Asia lebih rendah daripada di Eropa.

 

Baca juga: RSUD Kota Tangerang Disiapkan Sebagai Tempat Karantina Apabila Ditemukan Kasus Cacar Monyet

 

"Mungkin itu menyebabkan kenapa kita melihat di Asia lebih rendah dibandingkan di Eropa kasus cacar monyetnya."

"Karena di Asia dulu kita kena pandemi lebih lama, bahkan dibandingkan dengan di Eropa lebih cepat hilangnya."

"Di Eropa lebih cepat hilang, maka vaksinasinya lebih cepat berhentinya, karena lebih cepat berhenti ya banyak orang-orang Eropa yang enggak punya imunitas terhadap virus ini," ulas Budi.

Ia pun terus mengingatkan masyarakat untuk tidak panik berlebihan atas ditemukannya kasus monkeypox di Indonesia. (m27)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved