Edukasi
Kenali Sejak Dini Stunting pada Si Kecil untuk Cegah Resiko Jangka Panjang Bagi Kesehatannya
Gejala jangka panjang Stunting meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Ign Agung Nugroho
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Stunting merupakan kondisi kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur akibat masalah gizi kronis.
Menurut Desak Putu Kristian Purnamiasih, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An, dosen spesialis keperawatan anak STIKES Ngesti Waluyo, kondisi ini erat kaitannya dengan berbagai faktor.
Hal itu, seperti faktor nutrisi, sanitasi, lingkungan, dan faktor ibu selama kehamilan.
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik.
"Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan," kata Desak Putu dalam siaran persnya, Rabu (31/8/2022).
Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehidupan (0-2 tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas setelahnya.
"Oleh karena itu, ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak," sambungnya.
Air Bersih dan Sanitasi yang Buruk
Desak Putu mengatakan, sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk sebagai faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak.
Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus, merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
"Kedua hal ini bisa meningkatkan risiko anak berulang-ulang mengalami diare dan infeksi cacing usus," katanya.
Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit.