Seleb
Daniel Mananta Sebut Orang yang Percaya Dukun Bukan Warga Negara Indonesia yang Baik
Jika kita mau menjadi orang Indonesia, sudah seharusnya mengikuti pedoman negara, yakni Pancasila.
Penulis: Arie Puji Waluyo | Editor: Ign Agung Nugroho
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Fenomena munculnya pesulap dan dukun di Indonesia tengah menjadi sorotan masyarakat.
Terlebih adanya perseteruan Pesulap Merah dengan persatuan Dukun yang berbuah laporan kepolisian.
Daniel Mananta sempat membuat konten berisi perbincangannya dengan Ustaz Abdul Somad (UAS), membahas tentang perdukunan yang ramai diperbincangkan.
Dia mengaku sebelum memulai obrolan dengan UAS, ia sama sekali tidak mengikuti perkembangan pemberitaan yang sedang ramai membahas perdukunan.
"Pas gua nonton dakwah beliau, dari dakwah beliau ada yang menarik dibahas. Gua gak nyangka orang lagi heboh soal dukun," kata Daniel Mananta ketika ditemui disela acara peluncuran program Sweat & Chat, di Kota Kasablanka Mall, Jakarta Selatan, Jumat (2/9/2022).
Namun, Daniel mengaku dirinya dan UAS memiliki keresahan yang sama bila ada masyarakat Indonesia, yakni lebih memilih berserah kepada dukun ketimbang dengan Tuhannya sendiri.
"Kenapa itu yang gua bahas, karena gua pengin membuat orang sadar, kenapa gak kita bergantung sama Tuhan daripada bergantung sama manusia yang tidak menggunakan kuasa dari Tuhan," jelasnya.
Merasa orang lebih percaya dukun ketimbang Tuhan menjadi sebuah keresahan, karena Daniel menganggap Indonesia adalah negara Pancasila, yang memiliki sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa.
"Jadi kalau lu lebih percaya dukun dan tidak percaya Tuhan berarti lu bukan orang Indonesia yang baik dan benar," ucapnya.
Pria berusia 41 tahun itu menilai, jika kita mau menjadi orang Indonesia, sudah seharusnya mengikuti pedoman negara, yakni Pancasila.
"Untuk menjadi orang Indonesia sudah seharusnya dan sepantasnya percaya sama Tuhan. Kayak gitu sih," ungkapnya.
Daniel Mananta tak masalah jika pernyataannya akan menimbulkan polemik.
Sebab, ia meyakini penjelasannya akan berdampak pada kedamaian.
"Intinya gua ngerasa apa yang gua omongin dan lakuin, sebisa mungkin membawa kedamaian, sukacita, dan kasih. Tapi gak semua orang akan setuju. Itu lah namanya hidup," ujar Daniel Mananta. (ari)