Kuliner Jakarta
Kuliner Jakarta, Cara Bertransaksi Unik di Warung Kerek Mpok Neneng
Warung Kerek Mpok Neneng di Jalan Poncol 1 No.49, RT.1/RW.1, Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Dihadang sungai dan tembok bukan jadi alasan Mpok Neneng membuka warung nasi.
Para pembeli juga tetap banyak untuk menikmati kelezatan makanan yang dimasaknya.
Walaupun harus melewati dengan cara yang unik. Namun disitulah salah satu kenikmatannya.
"Mpok, ayam gepreknya lima bungkus sama gorengan tahu Rp5.000 ya," teriak salah satu pembeli Warung Kerek Mpok Neneng di Jalan Poncol 1 No.49, RT.1/RW.1, Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Ya, begitulah cara pembeli memesan makanan di Warung Kerek Mpok Neneng.
Tak lama berselang, seorang perempuan paruh baya keluar dari rumah kontrakan yang juga dijadikan warung serta rumah makan.
Perempuan itu adalah Irma. Irma (56) merupakan ibu dari Neneng, pemilik salah satu warung kerek di lokasi tersebut.
Sehari-sehari Irma membantu sang anak berjualan dengan menunggu pembeli di pinggir kali.
Lantas, Irma pun bergegas memanggil Neneng untuk melayani pembeli.
Dengan semangat, Neneng pun kembali berteriak menanyakan menu makanan yang dipesan sebelum akhirnya dibuat dan diletakan di dalam ember hitam.
Baca juga: Kuliner Jakarta dan Sekitarnya, Bakso Kameumeut Isiannya Mulai dari Kepala Sampai Bagian Ekor Sapi
Ditemui Wartakotalive.com, Kamis (15/9/2022) siang Neneng menuturkan bahwa warung kereknya sudah didirikan sejak tahun 2014.
Saat itu, di depan warung makannya dibangun tembok sebagai petanda pemisah permukiman padat penduduk dan gedung-gedung mewah.
"Iya karena ada pembangunan akhirnya di depan rumah saya dibangun beton gini, dulunya ada jembatan. Tetapi sekarang sudah dibongkar jembatannya, makanya pembeli sudah tidak bisa lagi makan kesini di tempat. Ya sudah akhirnya saya buat ide jadi warung kerekan pakai ember dan tali," ucapnya kepada Wartakotalive.com di lokasi.
Ibu satu anak ini menuturkan pernah suatu hari, kondisi ember dan tali kerek sudah benar-benar memprihatinkan.
Alhasil, saat hendak mengantarkan pesanan, tiba-tiba saja tali kerek putus.
Sudah berupaya diselamatkan, nyatanya 10 bungkus "nasi rames" pesanan pembeli harus berakhir ke kali.
"Waktu itu saya cuma mikir biar pesanan sampai kepada pembeli, nggak kepikiran bakal jatuh kalau terlalu berat bebannya. Alhasil, bukannya sampai ke tangan pembeli malah hanyut ke kali. Ya sudah saya pasrah saja," ungkap Neneng sambil mengerek tali untuk mengantar pesanan pembeli.
Tak hanya nasi bungkus saja yang hanyut, uang pembeli ataupun kembaliannya pun pernah terbang terbawa angin hingga terjun bebas ke kali.
"Pernah saya ingat sekali, ada uang pembeli ditaruh di ember Rp 100.000. Belum sampai ke tangan saya, lalu terbang kebawa angin," imbuhnya.
Adapun duka lainnya, saat ada pembeli yang lupa memasukkan uangnya ke dalam ember setelah memesan makanan.

Namun, Neneng tak ingin repot menagih, ia bergantung kesadaran pembeli.
"Kalau soal itu saya pasrah saja, biarkan kesadaran pembeli. Namanya rezeki masing-masing sudah diatur Tuhan, tetapi saya tahu, kenal orangnya yang nggak bayar. Cuma dianya pura-pura, masa mau nagih teriak-teriak, kasihanlah (dia pelanggan)," jelas Neneng.
Neneng pun selalu merasa bersyukur, meski cara bertransaksinya terbilang unik banyak pembeli yang penasaran dan menambahkan omzet penghasilannya.
"Kalau lagi rame untung bisa Rp2 juta sama rokok, kalau lagi sepi Rp500.000 hinga Rp1 juta, saya di sini murah meriah saja dimulai dari Rp15.000 sampai Rp25.000," imbuhnya.
Perempuan keturunan betawi asli tersebut mengatakan, bahwa musim penghujan pun tak mengganggu aktivitasnya berjualan.
Ia pun selalu berupaya agar pembeli tak kecewa.
"Kalau hujan kami istirahat dulu. Kalau ada yang beli, kami plastikin terus di-double, untuk duitnya basah, karena kan ini si ember jadi ada air semua. Nanti dikeringin duitnya di kompor," jelas dia.
Selain Neneng, tetangganya juga ikut berdagang. Ada menu bakso hingga soto. Memiliki banyak saingan, Neneng tak takut sepi pembeli.
Sebab terpenting, menurutnya, semangat dan tak malas membuka warung sejak pagi pukul 06.00 hingga 22.00 WIB.
Baca juga: Kuliner Jakarta, Segarnya Es Doger dan Podeng Super Mang Apay Kumis Tea di Matraman Sejak 1975
"Ada sekiranya enam warung kerek di sini, saya selalu buka jarang tutup. Meski banyak saingan saya percaya rezeki sudah ada yang atur," ucap dia.
Neneng mengaku, semenjak warung kereknya viral beberapa tahun lalu. Pejabat dan aktris kenamaan tanah air pun turut menyambangi warungnya dan ikut bertransaksi melewati kali.
"Waktu itu banyak juga ya yang liput, kayak artis Tara Budiman pernah mampir, pak Sandiaga Uno kalau tidak salah pernah juga ke sini, bahkan kadang uangnya dilebihin terus," jelas dia.
Kedepannya, Neneng berharap semakin banyak memiliki pelanggan dan membuka cabang baru.
"Ya, semoga semakin banyak pembelinya. Ingin buka warung lagi saya sebenarnya jika ada rezeki. Dan semoga bisa membiayai pendidikan anak saya hingga ke perguruan nanti," tutup dia.

Pantauan Wartakotalive.com, mayoritas pembeli Warung Kerek Mpok Neneng berasal dari para pekerja di sekitaran kawasan Hotel Four Season, Gatot Subroto.
Saat itu, terdapat 5 pembeli berada di seberang Warung Kerek Mpok Neneng.
Salah satu mereka berteriak lantang dan segera memesan menu makanan.
Selagi pesanan diracik, para pekerja pria mengistirahatkan tubuh yang lelah. Sebatang rokok terjepit di sela jari. Sedangkan pekerja wanita, sekadar bercengkrama dengan rekannya.
Usai pesanan beres, Mpok Neneng berteriak "Kak, pesanannya sudah siap ya saya kerek," teriaknya.
Lantas, para pembeli yang sedang menunggu bersiap menunggu kerekan ember dari Mpok Neneng.
Tiba di tangan pembeli, pesanan makanan pun diambil dan pembeli menaruh uang untuk membayar.
Neneng tak hanya sendiri, adiknya Ita (38) turut serta membantu sang kakak membuat pesanan para pelanggan. (m27)