Literasi

Gen Z Generasi Ambisius dan Egosentris, Perlu Wadah untuk Salurkan Kreativitasnya

Generasi Z (Gen Z) merupakan generasi yang aktif dalam penggunaan internet. Mereka menerima media sosial sebagai sesuatu yang sudah biasa.

Editor: Ign Agung Nugroho
Istimewa
Webinar Gen Z dan Literasi Digital bersama Duta Baca Indonesia (DBI) dan Pelaku Industri Kreatif, Jumat (25/11/2022). 

“Kami menyebutnya sebagai transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial,” lanjut Adin.

Penulis Toto ST Radik turut mengomentari cakapnya Gen Z menekuni industri kreatif.

Banyak di antara mereka yang piawai menjadi content creator, YouTuber, film maker, dan sebagainya.

Ia berpendapat generasi alfa sudah tidak gagap teknologi. Namun, ia menyoroti kekurangan infrastruktur yang mendukung bagi mereka.

“Perlu percepatan dan penguatan yang melibatkan semua pihak, seperti pegiat literasi, pegiat budaya untuk pengembangan ekonomi kreatif,” tuturnya.

Masih sedikit daerah yang bisa mewadahi Gen Z berkreatif lewat industrinya.

Tapi, tidak demikian di Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.

Di motori pegiat literasi dan industri kreatif Benny Arnas, Lubuk Linggau kini menjelma menjadi sarang pelaku kreativitas karena nyata di dukung oleh pemerintah daerah.

Bahkan, Pemda Lubuk Linggau memproyeksikan kegiatan kreatif tersebut bagian dari agenda setingkat provinsi.

“Mereka (Gen Z) mampu beradaptasi dengan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi Industri 4.0. Mereka tidak diperbudak teknologi digital, tapi justru memanfaatkannya dengan baik,” imbuh Arnas.

Sama halnya dengan Lubuk Linggau, di Sulawesi Selatan kini mulai melirik potensi Gen Z.

Menurut tokoh literasi Sulsel, Bachtiar Adnan Kusuma, 46,5 persen anak muda dari total populasi penduduk Sulsel akan menjadi pasar yang menarik.

“Generasi Z bercirikan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dan beraktivitas melalui pendekatan digitalisasi," kata Adnan Kusuma.

"Namun, mereka juga perlu diajak untuk membiasakan berbudaya baca agar tidak mudah terjerat dalam informasi kosong,” sambungnya. 

Duta Baca Indonesa (DBI), Gol A Gong tidak ketinggalan untuk mengomentari kaitan Gen Z dengan Literasi Digital.

Menurutnya, mereka acap dikenal sebagai generasi ambisius, egosentris, terburu-buru.

Padahal mereka hanya perlu saluran untuk mewadahi kreativitasnya.

“Maka, kunci utama ada di perpustakaan dan pengelola perpustakaan untuk meng-upgrade dirinya agar bisa berkolaborasi dengan para kreator,” kata Gol A Gong. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved