Lifestyle

INI Tips Mengelola Keuangan Bagi Si Pemilik Gaji UMP di Jakarta

Memiliki gaji sesuai upah minimum provinsi (UMP) di Ibu Kota Jakarta, kerap kali menjadi hal yang membingungkan bagi setiap orang.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Ign Agung Nugroho
Istimewa
Harryka Joddy, Perencana Keuangan Syariah Finansialku. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Memiliki gaji sesuai upah minimum provinsi (UMP) di Ibu Kota Jakarta, kerap kali menjadi hal yang membingungkan bagi setiap orang.

Pasalnya, DKI Jakarta dikenal sebagai kota dengan standar hidup yang tinggi, baik dari kebutuhan pokoknya, gaya hidup, serta mobilitas sehari-hari.

Kendati begitu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sudah menaikkan UMP bagi para pekerja, dari semula Rp 4,6 juta menjadi Rp 4,9 juta.

 

 

Namun, angka tersebut pun masih menuai tarik ulur dan penolakan, sebab dirasa tak mencukupi kebutuhan, terutama bagi orang yang banyak beraktivitas di Ibu Kota.

Harryka Joddy, Perencana Keuangan Syariah di Finansialku berbagi tips jitu mengatur keuangan kepada pemilik gaji UMP di Ibu Kota.

Menurut Joddy, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencatat cash flow (pemasukan dan pengeluaran) sehari-hari.

"Yang perlu diperhatikan adalah perencanaan cash flow atau arus kas ini terlebih dahulu. Jadi kebiasaan yang harus ditimbulkan adalah teman-teman berapapun gajinya, harus rajin mencatat pengeluaran," ujar Joddy kepada Tribuntangerang.com (Warta Kota Network),  Sabtu (14/1/2023).

Menurut Joddy, idealnya pencatatan tersebut dilakukan selama dua sampai tiga bulan, guna mengetahui corak pengeluaran setiap individu.

 

Baca juga: Angin Sebar untuk Buruh di Banten, UMP 2023 Rp 2,6 Juta, Upah Naik tak Lebih 10 Persen

 

Baca juga: Presiden Partai Buruh Said Iqbal Ancam Demo di Balai Kota DKI Tuntut Revisi UMP 2023

 

"Nah kalau sudah tahu polanya, akan tahu juga mana bagian yang boros, mana bagian yang bisa irit. Barulah main prioritas kebutuhannya," katanya. 

Joddy menerangkan, ada sebuah piramida perencanaan keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur keluar masuknya uang setiap individu.

Piramida tersebut memiliki lima tingkatan yang mengerucut ke atas.

Hal itu menandakan prioritas yang harus dibuat oleh setiap individu dalam mengatur keuangannya.

Pertama, pengaturan keuangan dimulai dengan mengatur arus kas dan dana darurat.

Kedua, menentukan proteksi dan manajemen risiko. Ketiga, menentukan tujuan keuangan. Keempat, merencanakan dana hari tua. Terakhir, membuat data waris dan distribusi keuangan.

"Karena memang kalau di Jakarta dengan kebutuhan, kemudahan, dan godaan seperti konsumsi, kadang-kadang ngepas aja udah bagus," kata Joddy.

"Jadi mainkan prioritasnya di sana. Misalkan kebutuhan pokok seperti makan, transportasi, listrik, air, yang sifatnya mutlak harus terpenuhi dahulu, baru pakai untuk kebutuhan berikutnya," sambungnya.

Menurut Joddy, gaji Rp 4,9 juta untuk hidup di Jakarta sangatlah cukup.

Namun, apabila ingin lebih menambah pemasukan dan tabungan, maka bisa dengan investasi dan pekerjaan sampingan.

"Sebenarnya bisa kalau di Jakarta, cuman memang individu harus membatasi gaya hidup. Jadi dengan UMP atau UMR segitu akan cukup, minimal buat biaya hidup pokok dulu tadi," jelasnya.  

Joddy pun membagikan rumus mengatur keuangan menggunakan pola 50-30-20.

"Untuk konsumsi sehari-hari 50 persen, bayar cicilan kalau ada itu sekitar 30 persen, dan kemungkinan nabungnya bisa 20 persen," jelasnya. 

"Tapi kalau enggak punya cicilan, bisa dipraktikkan untuk 50 persen gaji untuk kebutuhan sehari-hari, 50 persen sisanya untuk menabung. Tapi memang itu sangat pas-pasan sekali hidupnya," sambung Joddy.

Sehingga, menurut Joddy, ada tiga tips yang bisa dipakai untuk seseorang ketika hendak mengatur keuangan setiap bulannya, di antaranya:

1. Memiliki tujuan yang jelas

Artinya, setiap orang harus memiliki komitmen terlebih dahulu terhadap kehidupannya.

"Jadi kalau enggak punya tujuan keuangan, enggak punya angan-angan pengen nikah, pengen beli rumah atau pengen umrah dan lain sebagainya, itu uang itu gampang banget kegoda untuk dihambur-hamburkan," kata Joddy.

2. Menyusun struktur arus kas bulanan

Joddy mengatakan, individu harus bisa memetakan mana saja yang menjadi kebutuhan prioritas dan yang bukan.

"Realistis apa enggak? kalau makin banyak nabung sementara gajinya cuma segini berarti solusinya harus dicari, apakah meminimalisir pengeluaran atau menambah pemasukan untuk investasi," kata Joddy.

3. Memiliki support system

Tak kalah penting dari kemampuan individu dalam mengatur keuangan, memiliki penyemangat atau pengingat merupakan hal yang juga penting.

Pasalnya, kata Joddy, kehadiran support system mampu menjadi pengingat manakala seseorang khilaf dan menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak perlu.

"Kalau sudah punya tujuan keuangan, biasanya kita cari support system yang bagus. Misalnya cari teman atau pasangan atau bisa membantu merencanakan dan mengingatkan," tandasnya. (m40)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved