Sejarah Jakarta

Sejarah Jakarta, Cengkareng yang sudah ada Sejak Hindia Belanda, Sempat masuk Wilayah Tangerang

Sejarah Jakarta, Kawasan Cengkareng yang sudah ada sejak Hindia Belanda yang awalnya dihuni orang-orang Ciampea

Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TribunJakarta.com/Wahyu Septiana
Ilustrasi aliran Kali Cengkareng Drain, Jakarta Barat, pada Rabu (18/1/2023), banyak masyarakat memanfaatkan untuk nongkrong dan mancing. 

Awalnya orang-orang Eropa atau Belanda mulai memasuki daerah aliran sungai Tangerang tahun 1674. Tentu saja belum ada pemukiman di area Cengkareng yang sekarang.

Sebab area tersebut masih wilayah rawa-rawa dan hutan-hutan lebat. Dari Batavia menuju daerah aliran sungai Tangerang masih melalui laut dengan pintu masuk (gate) di kampong Moeara (de Qual).

Muara sungai Tangerang ini saat itu masih berada di Teluknaga yang sekarang Kampung Muara adalah pelabuhan (tempat transaksi) para pedagang yang datang dari lautan dan para pedagangan yang datang dari pedalaman,

Kampung terdekat dari muara adalah kampung Babakan (di tengah kota Tangerang yang sekarang). Kampung Babakan adalah kampung yang terbilang kering sepanjang tahun.

Kemudian pedagang-pedagang Tjiampea diduga telah menjadikan sisi utara kanal Mookervaart sebagai homebase baru dalam perdagangan antara Batavia dengan simpul-simpul perdagangan di hulu sungai Tangerang/sungai Tjisadane.

Homebase itu kemudian dikenal dengan nama kampong Tjangkarang.

Dalam perkembangannya, sesuai lidah orang-orang Eropa/Belanda, nama Tjangkarang bergeser yang ditulis dengan Tjengkareng.

Baca juga: Sejarah Jakarta, Palmerah Hunian sejak Zaman Hindia Belanda, ada Jejak Vila di Polsek Palmerah

Land Tjengkareng berada di sisi utara kanal Mookervaart.

Kampung pertama yang terbentuk sebelum dijadikannya land adalah kampong Tjangkarang. Kampung ini sudah lama diokupasi oleh orang-orang Tjiampea untuk usaha pertanian seperti pertanian ladang dan pertanian sawah.

Kampung Tjangkarang ini awalnya dirintis oleh para pedagang-pedagang yang berasal dari Tjiampea yang melakukan transaksi dagang di Batavia.

Setelah munculnya kampong Tjangkarang secara perlahan bermunculan kampung-kampung baru di sekitar kampung Tjangkarang.

Pada paruh kedua abad 18, David Johan Smith, seorang pejabat tinggi VOC di Batavia menjadi pemilik tanah Cengkareng.

Dulunya terdapat rumah peristirahatan bertingkat dua bergaya Indis yang dikenal dengan istilah Landhuis Tjengkareng.

Sayangnya, rumah tersebut menjadi korban revolusi dan terbakar pada September 1945.

Kemudian di awal era pemerintahan Presiden Soeharto dicari wilayah yang cocok dibangun sebuah bandara untuk Ibu Kota Negara.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved