Banjir

Penanganan Banjir di Kota Tangerang Selatan Butuh 10 Ekskavator Amfibi dan Long Arm Ekskavator

Penanganan banjir di Kota Tangerang membutuhkan berbagai alat bantu tambahan. Pasalnya, titik banjir yang harus ditangani ada 38 titik.

Penulis: Rafzanjani Simanjorang | Editor: Intan UngalingDian
Tribun Tangerang/Rafzanjani Simanjorang
Kepala Dinas Sumber Daya Air Bina Marga dan Bina Konstruksi (DSDABMBK) Kota Tangerang Selatan Robby Cahyadi. 

Tampak di dinding tandon ada air mengalir seperti air keluar dari lubang pancuran ke arah tandon.

Wawan (52), salah satu warga mengatakan, kebocoran tandon itu sudah dilihatnya sejak kemarin.

"Dari kemarin sih saya sudah lihat. Awalnya rembesan tuh. Air dari sawah yang di luar masuk ke dalam tandon. Tapi saat ini airnya sangat kencang seperti itu (air pancuran)," kata Wawan kepada Tribuntangerang.com, Senin (27/2/2023).

Dia berharap,  kebocoran tandon itu segera diperbaiki pemerintah setempat.

Menurutnya, jika kebocoran tandon dibiarkan, maka bukan tidak mungkin lubang akan semakin besar dan merusak dinding tandon.

"Pasti ada khawatirlah dengan itu. Apalagi kalau hujan deras, genangan air di luar pasti banyak, dan bisa makin membesar lubangnya," ucapnya.

Saat ini, kata Wawan, belum ada dinas terkait yang datang memeriksa kebocoran tandon tersebut, meskipun telah dilaporkan warga ke dinas terkait.

Menurut sesepuh Kampung Bulak, Datin, berkat tandon, tempat tinggalnya di RT 004/RW 02 Kampung Bulak bebas banjir.

Tandon air itu memang dibangun untuk mengatasi banjir di Kampung Bulak dan Perumahan Maharta.

"Sebelum ada tandon, di Kampung Bulak kerap terjadi banjir. Bahkan saking seringnya, dalam setahun tak lagi terhitung."

"Asal di Pamulang hujan, di sini pasti banjir. Ketinggian banjir bisa mencapai 1,8 meter," kata Datin saat ditemui di Kampung Bulak, Senin (27/2/2023).

"Sesudah ada tandon, Alhamdulillah sangat membantu warga. Selama ada tandon, tidak pernah ada banjir," katanya lagi.

Datin menjelaskan, tandon seluas 600 meter persegi itu memiliki kedalaman empat hingga lima meter menjadi tempat penampung air di kampung Bulak.

Mesin penyedot air pun beroperasi saat tandon mulai menampung air.

"Kalau air sudah masuk mesin langsung memompa dari dalam dan membuangnya ke kali yang di luar. Biasanya 30 menit atau 1 jam lah mesin hidup, dan air di dalam terkuras ke luar sekitar kedalaman satu meteran," tuturnya.

Dia berharap, sampah tak masuk ke dalam tandon sehingga merusak pemandangan.

"Sampah itu bukan masuk dari warga. Harapannya sih, ada penyaring atau katup buka tutupnya yang bisa diakses warga," ujar Datin.

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved