RW 12 Cipinang Melayu Usung Busana Gaya Noni Belanda di Parade Kostum Daur Ulang HBKB

Warga RW 12 Cipinang Melayu, Jakarta Timur, meramaikan parade kostum daur ulang di arena HBKB Jalan Pemuda, Jaktim

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Ign Prayoga
TribunTangerang.com/Miftahul Munir
Tiwi (berbusana ala ibu-ibu Belanda/kanan), Supriyantini (busana Betawi/tengah), dan Tyas (noni Belanda/kiri), berfoto bersama warga RW 12 Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Minggu (25/6/2023). 

TRIBUNTANGERANG.COM, RAWAMANGUN - Warga RW 12 Cipinang Melayu, Jakarta Timur, meramaikan parade kostum daur ulang di hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (25/6/2023).

Mereka menghadirkan busana yang mengusung desain noni Belanda dan busana adat Betawi.

Rini, perwakilan warga RW 12 Cipinang Melayu menjelaskan, konsep tersebut dipili berdasarkan keputusan warga.

Ada tiga model kostum daur ulang yang dibuat warga RW 12, yakni busana adat Betawi, busana noni-noni, dan busana ibu-ibu Belanda.

Busana-busana tersebut dibuat menggunakan barang yang sudah tidak dipakai. Di antaranya sampah sendok plastik yang kemudian dibelah dua bagian, lalu ditempel memutar untuk bagian desain topi.

Selain itu, bagian baju serta celana yang didominasi dari bahan dasar plastik kresek berwarna warni nampak memantik pandangan masyarakat yang tengah berolahraga di HBKB.

Menurut Rini, pihaknya tidak merasa kesulitan untuk pengerjaan tersebut, sehingga lebih kurang satu Minggu, kostum daur ulang tersebut dapat tercipta.

"Ini juga berkaitan dengan perayaan HUT Jakarta, makanya kita kaitkan dengan adat Betawi," kata Rini, Minggu (25/6).

Rini menambahkan, konsep tersebut juga berkaitan dengan prinsip warganya, yakni 'Yang Terbuang Jadi Uang'.

Upaya warga Rw 12 juga ingin memperkenalkan kepada masyarakat, bahwa sampah bukan berarti bersifat tidak bernilai, melainkan dapat memiliki nilai jual yang ekonomis.

Rini memastikan, bahan pembuatan kostum tersebut didapat sepenuhnya dari hasil Bank Sampah yang sudah dikelola pihaknya hingga kini.

Ia pun berharap inisiatif warganya dapat dijadikan contoh masyarakat lain, khususnya di DKI Jakarta.

"Ini 100 persen dari Bank Sampah, dan ada biaya tambahan hingga Rp 500 ribu buat bikin tiga kostum, untuk solatip, lem, dan semacamnya," katanya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved