Begini Budaya Patriarki Dimulai Terkait Kesalahpahaman Dominasi Laki-laki atas Perempuan

Selama bertahun-tahun, "Monkey Hill", demikian sebutannya, telah menjadi tempat terjadinya kekerasan berdarah dan sering memakan korban jiwa.

Editor: Jefri Susetio
Istimewa
Selama bertahun-tahun, "Monkey Hill", demikian sebutannya, telah menjadi tempat terjadinya kekerasan berdarah dan sering memakan korban jiwa. 

TRIBUNTANGERANG.COM - Angela Saini menjelaskan tentang berabad-abad lamanya orang orang punya asumsi yang keliru mengenai asal-usul masyarakat didominasi laki-laki.

Pada tahun 1930, ketika Kebun Binatang London, Inggris, mengumumkan akan menutup kandang hewan babun, cerita itu menjadi berita utama.

Selama bertahun-tahun, "Monkey Hill", demikian sebutannya, telah menjadi tempat terjadinya kekerasan berdarah dan sering memakan korban jiwa.

Baca juga: Tantangan 206 Jemaah Haji Indonesia Hadapi Panas Ekstrem Capai 46 Derajat Celcius

Majalah berita AS, Time, melaporkan insiden yang terbukti menjadi pukulan terakhir.

"George, babun muda dari koloni, telah menculik betina milik 'raja', babun tertua dan terbesar di Monkey Hill.

Setelah pengepungan yang menegangkan, George akhirnya membunuhnya.

Monkey Hill menggambarkan bayangan panjang tentang bagaimana ahli hewan melihat dominasi laki-laki dalam koloni hewan.

Primata pembunuh memperkuat mitos populer pada saat itu bahwa manusia pada dasarnya adalah spesies patriarki.

Bagi para pengunjung kebun binatang, rasanya seolah-olah mereka sedang mengintip masa lalu evolusioner kita, di mana para pejantan yang secara alami melakukan tindakan kekerasan selalu menjadikan betina yang lebih lemah korban.

Sebenarnya, Monkey Hill tidaklah normal. Kandang itu 'dibungkus' oleh lingkungan sosial yang salah, di mana jumlah babun jantan lebih banyak dibandingkan dengan betina.

Hanya dalam beberapa dekade kemudian – dengan penemuan bahwa salah satu kerabat primata genetik terdekat kita, kera bonobo, adalah matriarkal (meskipun spesies pejantannya lebih besar).

Para ahli biologi menerima bahwa patriarki pada spesies manusia mungkin tidak cukup dijelaskan hanya berdasar pada alam saja.

Selama beberapa tahun terakhir, saya telah berkeliling dunia untuk memahami asal usul patriarki pada manusia untuk buku saya The Patriarchs.

Saya belajar bahwa, meskipun ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang bagaimana laki-laki memiliki kekuatan yang besar, sejarah yang sebenarnya juga memberi wawasan tentang bagaimana kita akhirnya bisa mencapai kesetaraan gender.

Sebagai permulaan, cara manusia mengatur diri sendiri sebenarnya tidak memiliki banyak kesamaan dengan dunia hewan.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved