Meninggal Saat Peragakan Jurus Silat Madura, Monaki Dikenang Sebagai Pelatih yang Tak Mau Difoto

Pendekar dan pendiri perguruan pencak silat Harimau Bafam, Monaki, meninggal dunia saat memperagakan jurus-jurus silat Madura.

|
Editor: Ign Prayoga
Tangkap Layar Video
Detik-detik terakhir pendekar sekaligus tokoh pencak silat Bangkalan, Monaki, memperagakan gerakan silat dalam acara bulanan Paguyuban Pencak Silat Bhineka Tunggal Ika Bangkalan di Desa Naroan, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Jumat (30/6/2023) malam. 

TRIBUNTANGERANG.COM, BANGKALAN – Warga Bangkalan, Madura, berduka atas wafatnya pendekar dan tokoh pencak silat, Monaki.

Legenda pencak silat Bangkalan tersebut meninggal saat memperagakan jurus silat Madura warisan leluhur, Jumat (30/7/2023) malam.

Mengembuskan napas terakhir dalam usia 85 tahun, Monaki berpulang di tengah acara Paguyuban Pencak Silat Bhineka Tunggal Ika Bangkalan.

Pencak silat merupakan jalan hidup Monaki.

Sebagai atlet pencak silat kelas A di era tahun 1970-an yang sangat disegani, Monaki tidak pernah membusungkan dada.

Monaki dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan bersahaja. Bahkan, Monaki enggan menerima uang dari para muridnya.

"Saya kenal baik almarhum, pribadi yang jujur dan enggan menerima uang sepeser pun. Baik dari prestasi anak didik ataupun saat pembinaan," kata Syamsul Arief (65) kepada Surya.co.id, Sabtu (1/7/2023).

Seperti Monaki, Syamsul Arief adalah tokoh silat Bangkalan

Syamsul Arief merupakan atlet silat yang kemudian aktif sebagai wasit pencak silat. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Harian Ikatan Pencak Silat Bangkalan periode 1980-2010.

Sedangkan Monaki menjadi pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia Bangkalan periode 1980-2007.

Menurut Syamsul, Monaki merupakan atlet ternama pencak silat kelas A putra kategori 40-45 kilogram. Pada masanya, Monaki pernah meraih medali perunggu dan perak tingkat kabupaten pada kategori sabung bebas.

Saat itu, Syamsul Arief merupakan atlet kelas C. "Saya kelas C, beliau lebih senior. Saat itu beliau masih di perguruan Elang Putih bersama kakaknya, Marsito," kata Syamsul.

"Beliau bolak-balik juara kategori kembangan tunggal putra, sepantaran dengan guru besar perguruan pencak silat Jokotole, Bapak Suhaimi," ungkap Syamsul.

Bersama sang kakak, Monaki pernah mendirikan Perguruan Pencak Silat Elang Putih dan Semut Hitam.

Marsito wafat sekitar 10 tahun lalu. Setelah sang kakak berpulang, Monaki mendirikan Perguruan Pencak Silat Harimau Bafam.

Sebagai guru pencak silat, Monaki sudah berkali-kali melihat anak didiknya meraih prestasi.

Namun Monaki tidak pernah mau diajak foto bersama anak didiknya yang jadi juara pertandingan. Bapak satu anak itu juga tak mau menyentuh piala atau piagam yang diraih anak didiknya.

Hal ini diungkap Abdul Basid, putra angkat Monaki. 

"Foto bersama saja tidak mau. Beliau tidak pernah mau menyombongkan diri," ujar Abdul Basid.

"Soal uang hadiah hasil kejuaraan muridnya, beliau tidak pernah mau menerima pemberian dari muridnya. Menurut beliau, uang itu adalah jerih payah dan hak yang berprestasi," kata Basid.

"Beliau mengatakan, belaiu hanya bertugas melatih dan mendidik, tidak pernah memungut biaya kepada anak-anak didiknya," imbuh dia.

Murid-murid Monaki jumlahnya ribuan. Menurut Basid,  semua pengurus pondok di Bangkalan merupakan anak didik Monaki. Pesilat-pesilat gemblengan Monaki juga tersebar di pelosok desa-desa di kawasan tersebut.

Di usia senja, Monaki tetap memberi perhatian besar terhadap perkembangan silat. "Meski dalam kondisi sakit, beliau tetap hadir apabila berurusan dengan pencak silat," kata Basid.

Demikian pula yang terjadi pada Jumat malam. Dengan penuh semangat, Monaki menghadiri acara Paguyuban Pencak Silat Bhineka Tunggal Ika Bangkalan Desa Naro’an, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.

Monaki mendapat kehormatan untuk membuka acara tersebut. Dia kemudian memperagakan jurus-jurus pencak silat tradisional Madura.

Baru sekitar 2 menit memperagakan jurus-jurus silat, Monaki terlentang di tengah arena.

Pendekar silat Bangkalan itu pun kemudian dilarikan ke RSUD Syamrabu, Bangkalan. Namun Monaki dinyatakan telah tiada.

"Bapak sejak dulu memang ingin seperti itu, ingin wafat saat peragakan jurus-jurus pencak silat tradisional," ungkap Ahmad Taufik (23), anak angkat Monaki di rumah almarhum di Kelurahan Kraton, Bangkalan, Sabtu (1/7/2023).

"Beliau paling semangat kalau untuk urusan pencak silat meski usia sudah sepuh," imbuhnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Monaki juga mengemban tanggung jawab sebagai penjaga malam kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bangkalan.

M Ainul Ghufron, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bangkalan periode 2019-2012, sangat berduka atas wafatnya Monaki.

Ainul bergegas menuju rumah duka karena merasa terpukul dan bersedih hati atas kepergian Monaki yang dia kenal sebagai sosok pribadi sederhana, jujur, dan ikhlas.

"Satu hal yang patut kita contoh dari beliau adalah kesederhanaannya, kejujurannya, dan keikhlasannya dalam membina anak didik peserta pencak silat, karena itu kami merasa kehilangan," ujar Ainul.

"Anak saya juga salah seorang murid beliau," imbuh Ainul yang saat ini menjabat sebagai staf ahli Bupati Bangkalan.

Almarhum Monaki dimakamkan Sabtu (1/7/2023) siang.

Jenazahnya diberangkatkan dari rumah duka pada pukul 10.00 WIB ke makam umum Kelurahan Mlajah, Kota Bangkalan.

Ratusan orang terdiri atas kerabat, tetangga, hingga para murid almarhum, mengantarkan sang pendekar ke peristirahatan terakhir.

Acara Rutin Tiap Bulan

Sebelumnya diberitakan, keluarga besar pencak silat Bangkalan, Madura, berduka atas wafatnya Monaki (85), pendekar dan tokoh pencak silat di wilayah tersebut.

Monaki mengembuskan napas terakhir pada acara bulanan Paguyuban Pencak Silat Bhineka Tunggal Ika Bangkalan di Desa Naro’an, Bangkalan, Jumat (30/6/2023) malam.

Monaki sempat membuka acara tersebut dan memperagakan jurus silat tradisional warisan leluhur.

Video berdurasi 1 menit 44 detik yang diterima SURYA.co.id menunjukkan, Monaki malam itu mengenakan kemeja warna hitam, celana warna cokelat, dan mengenakan topi.

Diiringi musik tradisional Madura, Monaki awalnya bergerak menyapa para penonton sambil memegang sehelai kain berwarna ungu yang dia ikatkan ke pinggangnya.

Memasuki detik ke-24, Monaki mulai memperagakan jurus pembuka.

Dari kuda-kuda serta gerakan-gerakan pencak silat tradisional yang diperagakan, tubuh Monaki tampak kuat.

Bapak satu anak itu kemudian memperagakan beberapa gerakan di antara bersimpuh, berguling, hingga tendangan kaki kanan ke udara.

Aksi Monaki mengundang kekaguman penonton.

Monaki kemudian telentang di panggung. Memasuki 1 menit 18 detik, tidak ada gerakan dari Monaki.

Melihat kondisi itu, pemandu acara meminta peserta menghampiri Monaki dan membawa tubuhnya ke luar arena.

Dari lokasi acara di Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, Monaki segera dilarikan ke RSUD Syamrabu Bangkalan.

Namun Monaki tak tertolong.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id  

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved