Ikut Tren TikTok, Enam Bocah SD di Serang Banten Lukai Tangannya Sendiri

Fenomena anak sekolah melukai tangannya sendiri tengah menjadi tren di media sosial TikTok, kini fenomena tersebut juga ditemukan di Serang, Banten.

Editor: Joko Supriyanto
Tribun Tangerang/Gilbert Sem Sandro
ilustrasi siswa sekolah dasar. 

Jauh sebelum media sosial berkembang seperti sekarang, ada fenomena sayat tangan yang menggambarkan sebuah kode.

Kode tersebut dibuat memakai silet dan pecahan kaca untuk melukai tangan.

"Jaman dulu kode kode itu cukup meresahkan," kata Akyun.

Terakhir Komnas PA Kabupaten Banten meminta orang tua turun pengawasi anak-anaknya.

Menurut Akyun ada indikasi masalah psikis anak yang nekat melukai tangannya sendiri.

"Itu pengawasan orang tua penting, ketika ada perilaku anak yang tidak biasa segera direspons lakukan pendekatan," pungkasnya.

870 siswa sayat tangan di Magetan
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Jawa Timur melaporkan ada 870 siswa dari tingkat SMP dan SMA yang melakukan tren sayat tangan.

Motif siswa melukai dirinya karena mengikuti tren dari teman-temannya hingga karena ada masalah pribadi.

"(ada) Permasalahan dengan keluarga yang tidak harmonis atau permasalahan dengan pacar mereka, tapi yang paling banyak adalah karena ikut-ikutan temannya melakukan hal tersebut," kata Kepala Dinkes Kabupaten Magetan Rohmad Hidayat, dikutip dari Kompas.com.

Pemkab Kabupaten Magetan sudah menyiapkan langkah untuk mengatasi tren tersebut.

Sudah ada RSUD Sayidiman Magetan yang disiap guna melakukan pendampingan psikologis.

Direktur Utama RSUD Sayidiman Magetan Rohmat Santosa menjelaskan, ada dua tenaga ahli yang akan membantu siswa-siswa tersebut.

“Ada 2 psikolog yang kita siapkan untuk menangani siswa yang memiliki unsur psikologi dalam penanganan siswa menyayat lengan tangan mereka."

"Untuk fasilitas pelayanan sudah siap, tapi pasien dari kasus tersebut sampai saat ini belum ada yang masuk,” katanya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan masih melakukan maping terhadap siswa yang ikuti tren sayat tangan.

Kepala Dindik Magetan Suwata menyebut, siswa dianggap layak mendapat pendampingan psikologis yang mengalami stres berat.

Sedangkan untuk siswa yang d iluar kategori di atas, pihak Dindik akan melibatkan orang tua siswa dan sekolah.

"Stres berat kategorinya perlu psikiater. Ada yang berat tapi tidak banyak,” katanya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan/TribunBanten)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved