Ramadan

Melihat Masjid An-Nawier Pekojan: Berdiri Sejak 1760 Masehi, Punya 33 Pilar Bermakna Tentang Zikir

Uniknya, masjid yang bangunannya didominasi dengan warna putih tulang dan cokelat kayu pada bagian atap itu juga memiliki 33 pilar di bagian dalamnya

tribuntangerang.com/Ikhwana
Masjid An-Nawier yang berada di Jalan Pekojan Raya No.71, Tambora, Jakarta Barat 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Jika biasanya sebuah masjid identik dengan arsitektur bergaya Arab, namun Masjid An-Nawier yang berada di Jalan Pekojan Raya No.71, Tambora, Jakarta Barat, justru kental dengan nuansa neo-klasik atau Hindia Belanda. 

Dari bagian depan masjid, terdapat gapura berwarna putih keemasan yang berbentuk menyerupai kubah.

Di tengah-tengah potongan kubah tersebut, ada sebuah gunungan berwarna emas serta ornamen-ornamen lain bergaya Arab.

Akan tetapi ketika menilik masuk ke dalam masjid, nampak sejumlah pintu dan jendela Masjid An-Nawier itu berbentuk rangkap ganda, di mana daun pintu dilapisi panil dari kayu jati. 

Sementara jendelanya memiliki bentuk simetris yang terdiri dari satu buah daun jendela dan dua buah daun jendela. 

Sementara itu, lantai masjid tersebut terbuat dari marmer putih kecokelatan yang terasa teduh ketika diinjak.

Baca juga: Mengenal Sejarah Masjid Agung Syekh Quro Karawang Berusia 605 Tahun

Saat diinjak, kaki akan merasakan sensasi dingin dan sejuk meski berada di bawah terik ibu kota. 

Ada pula sejumlah ornamen lain di masjid tersebut yang kental akan sejarah. Mulai dari mimbar imam yang berbentuk bak mahkota, hingga bedug dan sebuah makam tokoh terdahulu yang terletak di dekat selasar kiri masjid.

Uniknya, masjid yang bangunannya didominasi dengan warna putih tulang dan cokelat kayu pada bagian atap itu juga memiliki 33 pilar di bagian dalamnya.

Usut punya usut, 33 pilar itu mencirikan jumlah zikir yang biasa dibaca tiap selesai salat.

Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua Nazir Masjid Jami An-Nawier, Ustaz Dikky Basanddid saat ditemui Warta Kota, Minggu (24/3/2024).

"Bangunan ini sama dengan yang ada di Kota Tua atau bangunan bergaya Eropa, khasnya terdiri dari pilar yang menjulang tinggi, ini menggambarkan bangunan ini seumuran," kata Dikky.

"Menara tiang atau pilar yang ada di dalam masjid ini memang berjumlah sesuai dengan ayat-ayat yang biasa dibaca setiap habis salat, (berjumlah) 33," imbuhnya.

Baca juga: Sejarah Singkat Masjid Tjia Kang Ho Berarsitektur Tionghoa di Pasar Rebo Jakarta Timur

Lebih lanjut, Dikky bercerita jika Masjid An-Nawier merupakan masjid tertua di wilayah Pekojan dan telah ada sejak 1760 Masehi.

Masjid bernuansa khas Arab-Betawi yang kental dengan gaya neo-klasik tersebut, dibangun oleh seorang habib bernama Abdullah bin Husein Alaydrus. 

Sementara pembangunan masjid tersebut, diyakini merupakan wakaf dari Syarifah Baba Kecil. Dia merupakan keturunan Arab Hadrami yang makamnya berada di bagian depan area masjid tersebut. 

Menurut Dikky, Masjid An-Nawier kini menjadi salah satu ikon destinasi halal Kota Tua.

"(Masjid An-Nawier) sebagai salah satu ikon daripada destinasi Kota Tua. Jadi ini adalah bagian daripada destinasi wisata yang dikatakan halalnya, yaitu masjid dan juga kampung Arab Pekojan," jelasnya.

Kendati sudah berumur hampir tiga abad, rupanya masjid yang berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk itu pernah dirombak secara besar-besaran.

Sebelumnya, Masjid An-Nawier hanya berukuran 500 meter persegi. Namun setelah dirombak pada abad ke 18 memasuki abad ke 19, luas masjid ini menjadi 2.000 meter persegi.

Selain itu, ada pula restorasi besar-besaran yang dilakukan pada 2014 lalu. Tak main-main, restorasi skala besar itu menelan biaya hingga Rp 3 miliar lebih.

"2014 kami sudah melakukan restorasi besar-besaran dengan skala besar yang menelan biaya cukup besar, sehingga penampilan saat ini Masjid An-Nawier berbeda dengan sebelum-sebelumnya," kata Dikky.

"Namun tidak menghilangkan daripada keaslian serta keunikan daripada Masjid Jami An-Nawir itu sendiri. (Untuk biayanya)
hampir bisa dikatakan melebihi daripada Rp 2 atau Rp 3 miliar," imbuh dia.

Baca juga: Simak Panduan Beritikaf di Masjid Agung Al-Azhar Selama Bulan Ramadan 2024

Pria keturunan Arab itu mengatakan, dana miliaran rupiah itu didapat dari masyarakat yang saling bahu-membahu untuk menyalurkan bantuan, baik melalui infaq maupun sedekah. 

Hasil restorasi tersebut nampak terasa saat ini.

Masjid An-Nawier nampak megah dengan arsitektur era kolonial dahulu meski berada di seberang pasar kambing.

Dengan cat tembok berwarna putih emas, Masjid An-Nawier juga masih menggunakan lampu-lampu antik tempo dulu. 

Sementara arsitektur yang melekat pada bangunan masjid tersebut, sarat akan filosofis ajaran agama islam. 

Dikky menyampaikan, hal lain yang menjadi keunikan Masjid An-Nawier adalah bentuk atap yang menyerupai pekarangan rumah pada umumnya. 

"Jadi masjid ini dikatakan memang seperti bentuk bangunan rumah biasa, di atas atapnya itu ada dilindungi dengan dinding-dinding pembatas yang berukir dan mengelilingi daripada sekeliling bangunan masjid," jelas Dikky. 

Tak sampai di situ, Dikky menjelaskan jika Masjid An-Nawier juga memiliki tempat wudhu berukuran 2x3 meter yang menghasilkan air dari sumbernya.

"Bisa sudah hampir dikatakan langka di dunia ataupun di wilayah Indonesia, tempat wudu yang modelnya memang itu air digali dari mata air sumbernya, dan itu bukan di daerah pegunungan dan bukan juga di daerah yang banyak sumber airnya," ujarnya.

"Tapi galian itu ternyata dengan ukuran diameter kurang lebih 2x3 meter, itu menghasilkan air yang cukup banyak dan itu sebagai sarana untuk bersuci orang yang salat dulu di Masjid Jami An-Nawier," imbuhnya.

Baca juga: Masjid Agung Al-Azhar Siapkan 700 Boks Makanan untuk Berbuka Puasa

Lebih lanjut, Dikky membagikan sejumlah nama ulama terkait dengan sejarah masjid tersebut.

Mereka di antaranya, Mufti Betawi bernama Usman bin Abdullah bin Adil bin Yahya (Usman bin Yahya) dan ulama besar yakni Syekh Nawawi al-Bantani.

"Beliau adalah seorang ulama besar, beliau dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Nah maka kedua sosok ini tidak bisa dilepaskan sejarahnya dengan Masjid An-Nawier," pungkasnya.

Kini, masjid An-Nawier resmi dinobatkan sebagai bangunan cagar budaya DKI Jakarta sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Nomor 1371/2019. (m40)

 

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved