Keseharian Oma Metia Hidup di Rumah Tak Layak Huni di Kebayoran Baru Ditemani Nona dan Cicil

Rumah tak layak huni ditempati lansia Bernadette Meity Harleni Soeleman, atau yang akrab disapa Oma Metia (83).

|
Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Joko Supriyanto
wartakotalive.com/Ramadhan L Q
Oma Metia, saat ditemui di rumahnya di kawasan Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Rumah tak layak huni ditempati lansia Bernadette Meity Harleni Soeleman, atau yang akrab disapa Oma Metia (83).

Ia tinggal sendirian selama puluhan tahun di rumah yang berada di sudut Jalan Nangka 3, RT 0011/02 No. 3, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Dalam kesehariannya, Oma Metia hanya ditemani dua ekor kucing, tanpa ada sanak saudara.

Wanita berambut uban ini mengatakan, kedua kucing itu diberi nama Nona dan Cicil.

"Kucing di sini ada 2, Nona sama Cicil. Cicil tuh maksudnya kecil," ujarnya, saat ditemui Wartakotalive.com di rumahnya, Senin (18/11/2024).

Dua kucing tersebut berada di salah satu kamar di dalam rumah.

Terlihat Nona dan Cicil bersembunyi di sudut kamar dengan kondisi yang berantakan.

Oma Metia selalu hati-hati agar Nona dan Cicil tak keluar dari dalam rumah.

"Karena yang saya punya hanya mereka berdua, saya jaga betul-betul," kata dia.

Keseharian Oma Metia

Oma Metia mengaku tak selalu berada di dalam rumah.

Ia kadang kala keluar rumah sekadar membeli keperluan sehari-hari.

"Paling ke Alfamart, beli gula atau beli apa yang dibutuhin. Untung Alfamart ada di belakang, atau beli makanan," ucapnya.

Untuk memasak air, Oma menggunakan rice cooker atau penanak nasi jika ingin minum teh maupun susu.

"Masak nasi pakai rice cooker juga. Cucinya pakai keran, kan ada tempat penampungan air yang gede," tutur dia.

Ia mengaku tak kedinginan atau kepanasan saat berada di dalam rumah.

"Kalau hujan pakai payung atau jas hujan. Ha... ha... ha...," guyon Oma Metia.

Masa Remaja di Jakarta

Oma Metia lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 31 Maret 1941.

"Saya tinggal di Padang hingga usia tiga tahun, lalu pindah ke Medan, baru kemudian ke Jakarta. Saya tidak sempat TK, langsung masuk SD. Waktu SD, saya sempat tinggal di Kupang karena ayah dinas di sana," kenangnya.

Ia merupakan putri pasangan Soeleman, anggota polisi dengan pangkat terakhir Komisaris Besar (Kombes), dan Martini, seorang ibu rumah tangga.

Orang tuanya berasal dari daerah Tulungagung, Jawa Timur.

Masa kecilnya dihabiskan Oma Metia di Jakarta, yang belajar di sekolah informal yang diadakan ibu-ibu di lingkungan sekitar, salah satunya di kawasan Pegangsaan Timur.

Ia juga bersekolah di SMA Negeri (SMAN) 6 Jakarta, lalu menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada 1959 saat usianya 18 tahun.

"Saya SMA di SMA 6 Bulungan. Setelah lulus, saya disuruh pilih fakultas di UI, Fakultas Ekonomi, Sastra, atau Hukum," kata dia.

"Kenapa kuliah ekonomi? Lebih demen ekonomi, pokoknya di antara 3 itu, lebih pilih ekonomi, karena hukum mesti hafal-hafalan," sambungnya.

Kondisi Rumah yang Memprihatinkan

Sebelumnya, Oma Metia bersama keluarga sempat tinggal di rumah tua di sudut Jalan Nangka 3, yang kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Meskipun ia tidak ingat secara pasti kapan pertama kali tinggal di sana, rumah tersebut kini terlihat sangat rusak.

Pada Senin (18/11/2024), Wartakotalive.com mengunjungi rumah Oma Metia yang sudah sangat usang.

Pekarangan rumah tidak terurus, dengan pohon pisang dan pepaya tumbuh di halaman.

Bangunan rumah yang sudah tua itu tampak sangat rapuh, dengan banyak dinding yang retak dan lantai yang kusam dipenuhi debu.

Atap rumah banyak yang berlubang dan bocor, sehingga beberapa ember diletakkan di ruang tamu untuk menampung air hujan.

Suasana di dalam rumah gelap serta pengap dan sebagian besar perabotan rumah pun sudah tidak tertata rapi.

Beberapa kamar dipenuhi sampah, sementara kamar mandi sudah tidak terawat.

Rumah itu bahkan tak lagi memiliki pasokan air bersih, karena Oma harus mengandalkan air hujan untuk mandi atau keperluan sehari-hari lainnya.

Di samping rumah tersebut, ada pembangunan rumah baru yang sedang berlangsung.

Pembanguan rumah ini bertujuan agar Oma Metia bisa tinggal sementara, mengingat kondisi rumah yang kini ditinggali sudah sangat tidak layak.

Sayangnya, pembangunan rumah tersebut dihentikan di tengah jalan atas permintaan Oma Metia.

Dana untuk pembangunan rumah ini berasal dari sepupu Oma Metia yang menitipkan bantuan melalui tetangga, Yanto, yang juga diminta untuk mengawasi proses pembangunan.

Harapan untuk Rumah Tua yang Penuh Kenangan

Meski kondisinya sangat memprihatinkan, Oma Metia tetap berharap agar rumah tua tersebut tetap kokoh.

Ia merasa sangat terikat dengan rumah yang telah lama ditempati tersebut, karena banyak kenangan yang ada di sana.

"Semoga rumah ini tidak roboh. Saya takut kalau harus pindah, karena saya tidak mau terpisah dari rumah ini. Banyak kenangan di sini," ucap Oma Metia, dengan penuh harap.

Oma Metia perlu uluran tangan dari pemerintah dan masyarakat agar mendapatkan hidup yang layak. 

Sebab, kondisi rumah tua yang ditinggalinya bertahun-tahun kini sudah tak layak. 

Oma Metia tak lagi mampu mengurusi hidupnya sendiri karena fisiknya yang kian rapuh. 

Hidup Oma Metia terungkap di media sosial setelah sejumlah konten kreator mengunggah kisah hidupnya di Youtube. (m31)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved