3 Alasan Orang Jawa Tidak Memiliki Marga Berdasarkan Penelitian Antopolog

Contoh marga yang berasal dari ayah atau Patrilineal adalah marga Batak. Sedangkan yang mengikuti Ibu yakni Minang

Editor: Joseph Wesly
(Shutterstock/N Agung Nugroho )
JAWA TIDAK BERMARGA- Seorang penari dalam pertunjukan Tari Gambyong di Klaten (6 Juli 2019) Antopolog Amerika menyebut 3 alasan orang jawa tidak punya marga. (Shutterstock/N Agung Nugroho ) 

TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya kenapa orang jawa tidak memilki marga seperti lazimnya orang Batak, Dayak, Ambon,

Diketahui Batak, Dayak, Ambon, Minang suku lainnya memiliki marga di nama belakang mereka.

Mayoritas marga yang dibawa berasal dari ayah atau menganut paham Patrilineal. Namun ada juga marga yang mengikuti marga ibu atau Matrilineal.

Contoh marga yang berasal dari ayah atau Patrilineal adalah marga Batak. Sedangkan yang mengikuti Ibu yakni Minang.

Kemudian muncul pertanyaan kenapa suku Jawa yang notabene adalah adalah suku bangsa terbesar di Indonesia tidak memilki marga.

Padahal Suku Jawa memilki populasi mencapai 40,22 persen dari jumlah penduduk Indonesia. 

Meski memiliki warisan budaya yang sangat kaya, tetapi dikenal sebagai suku yang tidak punya marga. 

Dominasi suku Jawa yang tidak memiliki marga terkadang menimbulkan kesan bahwa penduduk Indonesia tidak mengenal marga. Lantas, kenapa tidak ada marga di Jawa?

Simak ulasannya berikut ini.

Alasan Orang Jawa Tidak Memiliki Marga Ada sejumlah alasan yang membuat orang Jawa dikenal sebagai suku yang tidak punya marga. 

Alasan kenapa tidak ada marga di Jawa terungkap melalui penelitian Clifford Geertz, seorang antropolog Amerika Serikat yang pernah melakukan penelitian di Jawa Timur.

Geertz menemukan tiga golongan utama dalam masyarakat Jawa, yakni abangan, santri, dan priayi, yang masing-masing memiliki ciri khas pada nama mereka.

Kelompok sosial tersebut ternyata berpengaruh pula pada pemberian nama anak.

Menurut Geertz, pada saat penelitiannya berlangsung pada tahun 1960-an, mayoritas orang Jawa tidak memiliki nama keluarga, kecuali dari golongan priayi atau ningrat.

Anak dari golongan priayi biasanya diberi nama Djoko atau Bambang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved