Harga Kedelai Merangkak Naik, Produsen Tempe di Kabupaten Tangerang Mengeluh

Naiknya harga kedelai semenjak lebaran Idulfitri, membuat para produsen tempe di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, mengeluh. 

Penulis: Nurmahadi | Editor: Joko Supriyanto
Tribuntangerang.com/Nurmahadi
PABRIK KEDELAI TANGERANG - Harga kedelai tembus Rp 11.000 per kilogram, produsen tempe di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, terpaksa memperkecil ukuran tempe, agar tidak menaikkan harga jual. (Tribuntangerang.com/Nurmahadi)  

Laporan Reporter Tribuntangerang.com, Nurmahadi

TRIBUNTANGERANG.COM, TIGARAKSA - Naiknya harga kedelai semenjak lebaran Idulfitri, membuat para produsen tempe di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, mengeluh. 

Kenaikan harga kedelai yang menembus Rp 11.000 per kilogram membuat para produsen tempe juga harus memutar otak agar tidak menaikkan harga jual. 

Kebanyakan dari mereka, terpaksa memperkecil ukuran tempe dari seberat 5 ons menjadi 3,5 ons saja. 

Salah satu produsen tempe, Sari mengatakan, kenaikan kedelai terjadi secara bertahap, mulai dari Rp 9.000 hingga Rp 9.500, dan kini melambung menjadi Rp 11.000

"Biar tidak rugi ukurannya diperkecil, yang seharusnya satu batang tempe itu ukurannya normalnya 5 ons sekarang itu jadi 3,5 ons atau 4 ons. Diakali agar harga jual tetap normal Rp 5000 per batang," kata dia kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).

Menurut Sari, memperkecil ukuran tempe merupakan solusi yang tepat, daripada harus menaikkan harga jual. 

Sebab, dirinya khawatir jika menaikkan harga jual bisa kehilangan pelanggan.

"Kalau dinaikkan harganya justru pelanggan komplain. Tempe kan mayoritas untuk masyarakat menengah ke bawah jadi biar terjangkau harganya. Kalau nanti kedelai normal kita kembalikan ukurannya menjadi 5 ons," paparnya. 

Meski biaya produksi membengkak imbas naiknya harga kedelai, Sari mengatakan pabriknya tetap memproduksi sebanyak 2 kwintal per hari. 

Hal tersebut dilakukan guna memenuhi permintaan pasar yang masih terbilang tinggi. 

"Biaya produksi tambah sekitar 20 persen dari biasanya karena harga kedelai naik. Tapi jumlah produksi tempe tetap normal, paling kalau lagi sepi di pasarannya baru kita kurangi jumlah produksinya. Omzet saat ini masih normal," ujar Sari. 

Senada dengan Sari, produsen tempe lainnya, Ferry mengaku tak berani menaikkan harga jual tempe karena berpotensi kehilangan konsumen. 

"Kalau untuk bahan pangan seperti tempe ini nggak bisa dinaikan, susah nanti karena sepi pembeli. Solusinya paling kita kurangi aja ukurannya tempenya dari 5 ons jadi 3,5 ons agar tetap terjangkau konsumen," jelasnya. 

Dia pun berharap pemerintah bisa segera menstabilkan harga kedelai, agar para produsen tempe bisa tetap bertahan. 

"Biaya produksi memang naik, tapi bagaimana caranya saja agar kita tetap bertahan. Selain mengurangi ukuran, adana juga yang mengurangi jumlah produksi. Saya harap harga kedelai cepat turun dan normal lagi," ungkapnya. (m41)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved