Tak Cuma Estetik, Tempat Makan di Sebuah Kawasan Baru Wajib Punya Ini

Kegiatan kuliner itu adalah daya tarik bagi pengembangan kawasan perumahan dalam skala besar. Karena kuliner juga menjadi kekuatan wisata-wisata

|
Editor: Joseph Wesly
@paramount petals
KAWASAN PARAMOUNT PETALS- Kawasan Paramount Petals di barat Jakarta. Deretan kafe, restoran, dan gerai makanan mulai berdatangan, memanfaatkan tingginya mobilitas dan daya beli masyarakat urban. 

Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, CURUGSeiring perkembangan pembangunan kawasan Paramount Petals di barat Jakarta, geliat industri kuliner ikut menunjukkan potensinya.

Deretan kafe, restoran, dan gerai makanan mulai berdatangan, memanfaatkan tingginya mobilitas dan daya beli masyarakat urban.

Tak sekadar memenuhi kebutuhan makan, sektor kuliner kini menjadi magnet utama yang memperkuat daya tarik sebuah kawasan.

Kepada TribunTangerang.com, pengamat infrastruktur dan tata kota Yayat Supriatna menjelaskan kuliner sebagai penggerak utama dalam pengembangan kawasan komersial atau perumahan baru.

Yayat melihat ditengah maraknya pengembangan kawasan komersial, sektor kuliner muncul sebagai kunci yang mampu menarik minat masyarakat.

Sebab, tempat-tempat makan kini tak sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi juga menjadi magnet sosial, khususnya bagi kalangan menengah ke atas.

"Kegiatan kuliner itu adalah daya tarik bagi pengembangan kawasan perumahan dalam skala besar. Karena kuliner juga menjadi kekuatan wisata-wisata kuliner," kata Yayat saat dikonfirmasi, Sabtu (24/5/2025).

Pria kelahiran Medan itu mengatakan bahwa kehadiran pusat kuliner yang tertata dengan baik mampu meningkatkan citra kawasan.

Lebih dari itu, kuliner juga berperan besar dalam mendukung promosi dan percepatan penjualan proyek-proyek hunian.

"Kalau hunian itu dikembangkan untuk kalangan menengah ke atas, otomatis kelompok menengah atas itu sangat menyukainya dan ini menjadi kekuatan. Bahkan bisa menarik brand kuliner terkenal," ujarnya.

Menurut Yayat, brand kuliner ternama yang hadir di suatu kawasan kerap menjadi indikator kualitas hidup, sekaligus menciptakan pusat aktivitas baru yang menghidupkan lingkungan sekitar.

Tak hanya sebagai tempat makan, Yayat juga melihat pusat kuliner sebagai motor penggerak ekonomi di kawasan-kawasan pengembangan baru.

Sebab, keberadaannya mampu menciptakan peluang usaha, membuka lapangan kerja, dan menghidupkan ruang-ruang publik yang semula sepi aktivitas.

“Pengelolaan pusat wisata kuliner atau pusat jajanan itu adalah nilai tambah bagi kawasan-kawasan hunian baru," ujar Yayat.

Bukan tanpa alasan, Yayat mengatakan bahwa pusat kuliner bisa mempromosikan sebuah kawasan.

"Ia menjadi kekuatan untuk mempromosikan kawasan, menaikkan nilai lahan, dan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi serta lapangan kerja baru," imbuhnya.

Menurutnya, kawasan kuliner yang dikelola secara strategis tidak hanya menarik pengunjung, tapi juga memperkuat fungsi kawasan sekitar, termasuk pusat perbelanjaan dan ruang interaksi sosial.

"Kegiatan kuliner bisa menghidupkan pusat perbelanjaan dan kawasan hunian. Tanpa daya tarik seperti ini, promosi kawasan akan sulit berkembang,” kata Yayat.

Tak hanya itu, Yayat menekankan pentingnya keterlibatan UMKM lokal dalam pengembangan pusat kuliner.

Tidak hanya restoran besar, pelaku usaha kecil pun perlu dilibatkan agar pertumbuhan
ekonomi merata dan berkelanjutan.

"Yang paling penting adalah bagaimana pusat kegiatan kuliner itu bukan hanya pada kelompokkelompok masakan atau restoran yang sudah punya nama, tapi juga mendorong UMKM, UKM sekitarnya juga bisa dilibatkan," kata Yayat.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung itu juga mengingatkan prihal kemudahan akses menjadi faktor krusial dalam keberhasilan pusat kuliner, terutama di kawasan pengembangan baru.

Menurutnya, lokasi yang strategis, didukung fasilitas penunjang yang memadai, menjadi daya tarik utama yang menentukan tingginya minat pengunjung.

"Aksesibilitas itu nomor satu. Pusat kuliner itu harus mudah diakses dari berbagai moda
transportasi," kata Yayat.

Ia menambahkan bahwa kemudahan akses baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum akan mempercepat promosi dan pertumbuhan kawasan.

Tak hanya soal lokasi, soal kenyamanan dan penunjang lainnya juga sangat penting diperhatikan.

"Fasilitas pelayanannya itu misalnya tempat parkir yang cukup, tidak banyak gangguan
keamanannya, teduh, apik. Tamannya bagus, udaranya sejuk, dan banyak pepohonan,” kata Yayat.

Yayat juga mengungkapkan hal yang paling disorot, yaitu pentingnya desain ruang terbuka sebagai bagian dari konsep pusat kuliner. 

Tak hanya ruang dalam (indoor), namun juga area luar (outdoor) harus dirancang menarik agar menjadi tempat yang nyaman untuk bersantap dan bersosialisasi.

"Kadang-kadang pilihan-pilihan kuliner dengan ruang terbuka itu juga menjadi sebuah tempat yangmenarik. Tidak hanya di dalam indornya saja, tapi juga pelayanan outdoornya menjadi sebuah daya tarik," ujar Yayat.

Sementara itu, pengusaha sekaligus ketua Komunitas Pelaku Kuliner (KPK), Lucky Suherman membahasa tentang strategi pembukaan usaha kuliner di kawasan baru.

Lelaki yang akrab disapa Chef Lucky Suherman mengatakan strategi pembukaan usaha kuliner di kawasan baru dinilai perlu dilakukan secara serentak dan terkoordinasi.

Alasannya, langkah ini penting untuk menciptakan kesan positif bagi pengunjung sekaligus membangun citra kawasan sebagai destinasi kuliner baru yang menarik.

Selain itu, peran pengembang kawasan sangat krusial. Mereka diharapkan aktif mendukung dengan strategi promosi yang masif melalui media sosial, serta mendatangkan traffic atau kunjungan awal
guna menarik perhatian masyarakat.

Kata Lucky, “Salah satu aspek krusial adalah bagaimana pengembang berperan dalam menciptakan traffic atau kunjungan awal ke lokasi.”

Menurut pelaku usaha, di tahap awal operasional, tenant membutuhkan dorongan tambahan agar mampu menarik perhatian masyarakat.

Oleh karena itu, Lucky mengingatkan kepada pengembang untuk aktif dalam menyediakan berbagai bentuk dukungan promosi dan kegiatan yang bisa meningkatkan jumlah pengunjung.

"Di tahap awal, tenant sangat butuh dorongan agar bisa menarik perhatian masyarakat," kata Lucky Suherman.

Selain itu, tantangan untuk pelaku usaha kuliner salah satunya adalah sinkronisasi waktu pembukaan seluruh tenant.

Tak hanya itu, Lucky Suherman juga mengungkapkan bahwa usaha kuliner di kawasan baru harus memahami selera pasar menjadi kunci utama untuk menarik minat pengunjung.

Menurutnya, pengembang dan pelaku usaha diharapkan dapat menyesuaikan jenis kuliner yang disediakan sesuai dengan preferensi konsumen saat ini.

"Usaha kuliner di kawasan baru harus memahami selera pasar sebagai kunci utama untuk menarik minat pengunjung. Pengembang dan pelaku usaha diharapkan bisa menyesuaikan jenis kuliner yang disediakan dengan preferensi konsumen saat ini," ucap pria yang aktif di Indonesia Chef Association (ICA) itu.

Lucky mengatakan, usaha kuliner yang sedang populer bisa dijadikan contoh bagi pengembang dalam menyusun tenant mix.

Selain itu, penting untuk menghadirkan makanan khas Indonesia sebagai identitas lokal, sekaligus melengkapi dengan pilihan makanan internasional seperti Jepang dan Korea yang sangat digemari oleh anak-anak muda.

"Makanan khas Indonesia harus hadir sebagai identitas lokal, tapi jangan lupa juga melengkapi dengan makanan internasional seperti Jepang dan Korea yang sangat digemari anak-anak muda,” kata Lucky Suherman.

Lebih lanjut, Lucky mengingatkan pentingnya pembagian segmen makanan juga perlu diperhatikan. 

Menurutnya, pilihan makanan dengan harga terjangkau bagi kalangan pelajar dan pekerja muda, serta pilihan kuliner daerah yang lengkap untuk memberikan variasi dan memperkaya pengalaman kuliner.

"Penting untuk menyediakan opsi makanan dengan harga terjangkau bagi pelajar dan pekerja muda, serta pilihan kuliner daerah yang lengkap agar memberikan variasi dan memperkaya pengalaman kuliner,” kata Lucky.

Di sisi lain, warga Curug, Kabupaten Tangerang bernama Virgilery menyuarakan harapan mereka terhadap hadirnya zona kuliner yang tak hanya menggugah selera, tapi juga nyaman untuk bersantai.

Ia berharap kawasan yang tak jauh dari kediamannya itu bisa menghadirkan variasi kuliner yang lebih beragam.

"Jenis makanan yang pengin dicoba lebih ke campuran sih, tapi bervariasi gitu. Sekarang kan lagi
menjamur banget makanan Jepang atau Korea. Jadi kalau bisa mah jangan itu-itu lagi, karena udah banyak banget sebenarnya," kata Virgi.

Tak hanya soal menu, konsep tempat juga menjadi perhatian. Menurutnya, tempat makan dengan nuansa semi outdoor dan desain modern lebih menarik.

"Paling suka yang semi outdoor dan modern sih, maksudnya bisa buat makan dan bisa buat nongki juga gitu. Walau kelemahannya ya pas ujan, jadi kalau bisa mah semi outdoor tapi tetep nyaman kalau pas ujan atau panas," ujar wanita berusia 26 tahun itu.

Senada dengan Virgi, warga bernama Tiara Sari mengatakan jenis makanan yang ditawarkan sebaiknya menyesuaikan dengan karakteristik wilayah dan daya beli pengunjung.

"Tergantung tempat sih. Kalau tempatnya di tengah kota yang daya belinya kuat, gaya campuran dan internasional bisa dilakuin. Tapi kalau daya belinya rendah, biasanya orang-orang sekitar tidak mementingkan jenis makanannya, tapi lebih ke brand-nya,” kata Tiara.

Harapan Virgilery dan Tiara Sari sepertinya akan segera terwujud tidak lama lagi. Kehadiran Paramount Petals nantinya dapat mengakomodasi keinginan mereka dan anak muda yang dinamis. 

Seperti halnya di Gading Serpong, Paramount Petals sebuah kota mandiri seluas ±400 hektar yang dirancang dengan konsep one-stop living, mengintegrasikan hunian nyaman, area komersial, pusat bisnis, dan berbagai fasilitas kota modern dalam satu kawasan terpadu.

Terletak tepat di KM 25 ruas tol Jakarta-Merak, Paramount Petals saat ini sedang melakukan pembangunan akses tol langsung dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2025.

Akses ini akan menghubungkan secara cepat ke Bandara Soekarno-Hatta, pelabuhan Merak, pusat Jakarta, hingga tol JORR dan Serbaraja.

Mengusung tagline "Lovable Living", Paramount Petals dirancang untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan hijau.

Ruang terbuka seperti pocket park, jalur pedestrian (jalur khusus pejalan kaki) dan sepeda, hingga jogging track akan hadir untuk mendukung gaya hidup aktif.

Kawasan ini juga dilengkapi utilitas modern seperti infrastruktur bawah tanah, jaringan optik, dan sistem keamanan CCTV kota.

Saat ini Paramount Petals telah mengembangkan 4 klaster (Aster, Canna, Gardenia dan Lily) yang telah dihuni oleh lebih dari 500 keluarga, serta komersial area Calico Square dan Calico Grande.

Beberapa tenant ternama seperti KFC, Alfamidi, Kongdjie Coffee dan lainnya telah meramaikan kawasan ini. Dalam waktu dekat, tenant seperti AW, Tekko, dan Kampung Kecil juga akan hadir. 

Nikmati pula berbagai fasilitas eksklusif di Community Club yang berdiri di atas lahan 4.135 m⊃2;, lengkap dengan Olympic-size swimming pool, gym, lapangan futsal, hingga café dan playground anak.

Paramount Petals terus berkembang secara bertahap dan diproyeksikan menjadi kawasan yang hidup dan dinamis dalam 10 tahun ke depan di barat Jakarta yang menawarkan lebih dari sekadar tempat tinggal.

Apakah anda siap menjadi bagian dari masa depan barat Jakarta?
Temukan kenyamanan, kemudahan, dan peluang terbaik di Paramount Petals tempat di mana setiap hari terasa lebih bermakna.

Bagi yang penasaran dengan kawasan Paramount Petals, bisa kunjungi website
(www.paramountpetals.com) atau IG resmi (www.instagram.com/officialparamountpetals). (m30)

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved