Asal Usul
Dibalik Nama Ciledug: Sejarah, Asal Usul, dan Peran Pentingnya dalam Perjuangan Rakyat Banten
Ciledug memiliki sejarah yang panjang dan berkaitan sejak zaman Sultan Maulana Hasanuddin sekira tahun 1.526 Masehi.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joko Supriyanto
Laporan Wartawan,
TRIBUNTANGERANG.COM, Gilbert Sem Sandro
TRIBUNTANGERANG.COM, CILEDUG - Ciledug merupakan satu dari 13 kecamatan yang terdapat di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Berbatasan langsung dengan wilayah Tangerang Selatan dan dekat dengan Kota Jakarta, Ciledug menjadi salah wilayah favorit menjadi tempat tinggal masyarakat.
Kendati demikian, belum banyak masyarakat yang mengetahui asal-asul wilayah yang memiliki penduduknya lebih dari 150.000 jiwa tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat di Kota Tangerang, Muhammad Tabri Setya mengatakan, Ciledug memiliki sejarah yang panjang dan berkaitan sejak zaman Sultan Maulana Hasanuddin sekira tahun 1.526 Masehi.
Di tengah-tengah penjajahan Belanda, Kesultanan Banten sempat merasa kesulitan sehingga meminta bantuan dari Kerajaan Sumedang Barat, Kerajaan Cirebon dan salah satu perwakilan Kerajaan Banten.
"Saat masa penjajahan Belanda, VOC tengah gencar-gencarnya merebut Banten karena diniliai strategis dengan rute pelabuhan, karena zaman dahulu moda transportasi hanya ada jalur air atau sungai," ujar Tabri kepada TribunTangerang.com, Minggu (8/6/2025).
"Untuk mengatasi serangan Belanda diutuslah perwakilan dari tiga kerajaan yang dipertemukan secara langsung dan nama tempatnya saat ini adalah Tigaraksa atau dahulu disebut Tiga Raja," sambungnya.
Baca juga: Asal Usul Karang Tengah Tangerang: Dari Jejak Prabu Wangsakara hingga Batu Karang di Tengah Hutan
Setelah dipertemukan, ke tiga raja tersebut pun mengatur siasat perang dengan menyebar ke berbagai wilayah di kawasan Jawa Barat yang kini telah menjadi Provinsi Banten.
Kerajaan Sumedang Barat yang mengutus Prabu Wangsakara diarahkan untuk menyisir kawasan yang kini bernaka Kampung Melayu. Prabu Yudha Negara yang diutus oleh Kerajaan Cirebon ditempatkan di wilayah Gerendeng dan perwakilan Kerajaan Banten yaitu Prabu Jayalalana.
Penyebaran mereka bersama pasukannya sebagai bentuk strategi perang itu berpatokan pada Sungai Cisadane yang dijadikan penanda atau pembatas yang kemudian disebut Benteng Cisadane.
Di tengah-tengah pertempuran, pasukan Prabu Wangsakara turut kewalahan menghadapi serangan dari penjajah Belanda hingga akhirnya mundur menyisir sungai hingga menepi di suatu titik.
Dari lokasi itu, rombongan Prabu Wangsakara yang dikenal dengan nama pahlawan Raden Aria Wangsakara menyisir hutan untuk mencari tempat peristirahatan.
Dalam perjalanannya, mereka menemukan suatu danau berukuran besar di tengah-tengah area persawahan dan rawa yang membentang luas.
Guna memudahkan komunikasi yang terbatas selama masa peperangan, pasukan Prabu Wangsakara menamai area tersebut sebagai Ciledug yang memiliki arti pusat air.
"Jadi nama Ciledug berasal dari gabungan dua kata yaitu ci dan dug, kata Ci memiliki arti 'air', sedangkan dug berarti 'pusat', karena dahulu Ciledug dikenal dengan wilayah yang cukup luas," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.