Bayang-bayang Masa Lalu: Mengungkap Plot The Fall of The House of Usher

Edgar Allan Poe, penulis Amerika 19 Januari 1809 hingga 7 Oktober 1849, adalah pengarang kisah horor gotik The Fall of the House of Usher.

Editor: Mochammad Dipa
istimewa
Plot buku The Fall of the House of Usher. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Edgar Allan Poe, seorang penulis Amerika yang hidup dari 19 Januari 1809 hingga 7 Oktober 1849, adalah pengarang kisah horor gotik terkenal The Fall of the House of Usher.

Poe terkenal dengan keahliannya dalam membuat cerita penuh teka-teki dan cerita mengerikan yang sering kali berhubungan dengan tema psikosis, teror, dan paranormal.

Lokasi yang menggugah dan narasinya yang rumit mengeksplorasi sisi tergelap dari pikiran manusia. Salah satu cerita pendek Poe yang paling terkenal, The Fall of the House of Usher, diterbitkan pada tahun 1839 dan, dengan lokasinya yang menyeramkan, lokasi yang merosot, karakter yang penuh nuansa, dan ketegangan dengan sempurna menangkap semangat literatur gotik.

Dalam cerita ini, tema keluarga, kesepian, dan paranormal terungkap melalui perjalanan narator ke rumah teman masa kecilnya, Roderick Usher, yang terpencil dan kejadian-kejadian mengerikan yang mengikutinya.

Eksposisi

Eksposisi dimulai ketika narator yang tidak disebutkan namanya tiba di rumah teman masa kecilnya, Roderick Usher. Roderick telah memanggil narator, yang menderita penyakit mental misterius.

“Hari yang membosankan, gelap, dan tanpa suara” saat dia mendekati rumah, dengan nada suram (Poe, 1839). Narator mencatat, “Saya telah diberitahu bahwa rumah itu sudah tua, dan telah menjadi rumah keluarga Ushers.

Klimaks

Klimaks dimulai ketika Roderick menjadi semakin gelisah, mengaku kepada narator bahwa dia yakin mereka telah mengubur Madeline hidup-hidup.

Pada saat itu juga, Madeline muncul di depan pintu, dalam keadaan kusut dan seperti hantu yang keluar dari makamnya.

Pengungkapan yang mengejutkan ini merupakan titik balik dalam cerita ini karena ketakutan Roderick menjadi nyata. Narator menggambarkan momen tersebut: “Pintu terbuka, dan di sana berdiri suster itu, dengan jubah putih dari kuburan” (Poe, 1839), menyoroti kengerian dari situasi tersebut.

Aksi Jatuh

Aksi jatuh dimulai ketika Roderick yang terkejut melihat pemandangan itu membuatnya kewalahan, yang mengarah ke momen klimaks di mana kedua saudara kandungnya jatuh dan tidak bernyawa. 

Narator, yang merasa ngeri dengan apa yang disaksikannya, melarikan diri dari rumah tersebut. Keadaan menjadi semakin kacau ketika narator menggambarkan 'cahaya liar' di mata Roderick, dengan menyatakan, “Matanya seperti mata seorang pria yang berada dalam kondisi sangat ketakutan” (Poe, 1839).

Resolusi

Resolusi terjadi ketika narator melarikan diri dan melihat ke belakang untuk melihat rumah tersebut mulai retak dan runtuh.

Keruntuhan tersebut tidak hanya menandakan kehancuran fisik rumah tersebut tetapi juga kehancuran warisan Usher, menekankan tema pembusukan, kegilaan, dan cengkeraman masa lalu yang tak terhindarkan, dan gambaran akhir rumah yang runtuh ke dalam kubangan melambangkan akhir dari keluarga Usher, seperti yang direfleksikan oleh narator, “Saya melihat tembok-tembok rumah yang kokoh itu runtuh ke dalam kubangan” (Poe, 1839).

Kesimpulan 

Sebagai kesimpulan, analisis The Fall of the House of Usher menunjukkan hubungan kompleks antara lingkungan, topik, dan karakter yang menjadi ciri khas penguasaan Edgar Allan Poe dalam penulisan gothic dengan memeriksa secara dekat Roderick dan Madeline Usher, kita dapat mengamati bagaimana masalah kesehatan mental mereka mencerminkan kemunduran fisik rumah leluhur mereka, yang menandakan tema cerita yang mencakup kesepian dan kegilaan.

Gaya bercerita Poe yang unik membawa kita ke dunia yang penuh dengan ketakutan dan kengerian, sementara penggunaan simbolisme yang kaya dan citra yang menakutkan memperluas pemahaman pembaca akan hasil akhir yang mengerikan dari para karakter.

Pada akhirnya, penelitian ini menyoroti signifikansi karya Poe yang abadi karena memaksa kita untuk mempertimbangkan hubungan yang erat antara lingkungan sekitar dan kondisi mental kita, serta menantang pembaca untuk menghadapi sisi tergelap kemanusiaan.

Penulis: Poppy Dwidia Gustanti

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved