TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020.
Jika nanti Covid-19 turun status menjadi endemi, maka WHO pula yang bakal mengumumkannya.
Lantas kapan Covid-19 berubah status menjadi endemi?
Baca juga: Yahya Waloni Dikembalikan ke Bareskrim Usai Dirawat karena Pembengkakan Jantung
Menurut Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan soal itu.
Bagaimana dan kapan pandemi akan berakhir di dunia dan di suatu negara, bergantung pada mutasi virusnya, penerapan protokol kesehatan, serta kebijakan pemerintah.
Di sisi lain juga dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan seperti diagnosis baru, obat-obatan, jenis vaksin baru, dan lainnya.
Baca juga: Penyidik KPK Tak Lulus TWK: Harun Masiku Ada di Indonesia pada Agustus 2021
"Ada beberapa indikator yang dapat jadi pertimbangan untuk status epidemiologi di suatu negara ke depan," kata Prof Tjandra lewat keterangan tertulis, Senin (6/9/2021).
Indikator tersebut di antaranya angka reproduksi sebaiknya di bawah satu. Selanjutnya, jumlah kasus dan kematian dapat ditekan amat rendah.
Serta, pelayanan kesehatan dapat menanggulangi kasus-kasus yang ada, dan didukung jumlah penduduk yang divaksinasi sudah memadai.
Baca juga: Wamenkes Bilang Herd Immunity Tak Terbentuk Meski 70-80 Persen Penduduk Sudah Divaksin Covid-19
"Untuk beberapa indikator spesifik lainnya yang perlu diperhatikan, seperti positivity rate, angka kematian, jumlah tes, dan telusur."
"Serta jumlah petugas kesehatan yang tersedia," ucapnya.
Kasus aktif Covid-19 di Indonesia kini sebanyak 155.519 orang per 5 September 2021, dan sebanyak 135.861 orang meninggal.
Berikut ini sebaran kasus Covid-19 di Indonesia per 5 September 2021, dikutip TribunTangerang dari laman Covid19.go.id:
DKI JAKARTA
Jumlah Kasus: 852.692 (21.3%)
JAWA BARAT
Jumlah Kasus: 694.714 (16.8%)
JAWA TENGAH
Jumlah Kasus: 473.276 (11.6%)
JAWA TIMUR
Jumlah Kasus: 387.060 (9.4%)
KALIMANTAN TIMUR
Jumlah Kasus: 152.721 (3.7%)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jumlah Kasus: 151.664 (3.6%)
BANTEN
Jumlah Kasus: 129.765 (3.2%)
RIAU
Jumlah Kasus: 124.909 (3.0%)
BALI
Jumlah Kasus: 108.555 (2.6%)
SULAWESI SELATAN
Jumlah Kasus: 105.831 (2.5%)
SUMATERA UTARA
Jumlah Kasus: 99.215 (2.2%)
SUMATERA BARAT
Jumlah Kasus: 87.493 (2.1%)
KALIMANTAN SELATAN
Jumlah Kasus: 67.191 (1.6%)
NUSA TENGGARA TIMUR
Jumlah Kasus: 60.371 (1.4%)
SUMATERA SELATAN
Jumlah Kasus: 58.402 (1.4%)
KEPULAUAN RIAU
Jumlah Kasus: 52.603 (1.3%)
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Jumlah Kasus: 48.327 (1.1%)
LAMPUNG
Jumlah Kasus: 47.368 (1.1%)
KALIMANTAN TENGAH
Jumlah Kasus: 43.857 (1.1%)
SULAWESI TENGAH
Jumlah Kasus: 43.707 (1.0%)
KALIMANTAN BARAT
Jumlah Kasus: 37.161 (0.9%)
ACEH
Jumlah Kasus: 34.401 (0.8%)
SULAWESI UTARA
Jumlah Kasus: 32.883 (0.8%)
KALIMANTAN UTARA
Jumlah Kasus: 32.880 (0.8%)
PAPUA
Jumlah Kasus: 32.706 (0.8%)
JAMBI
Jumlah Kasus: 28.681 (0.7%)
NUSA TENGGARA BARAT
Jumlah Kasus: 26.327 (0.6%)
BENGKULU
Jumlah Kasus: 22.682 (0.6%)
PAPUA BARAT
Jumlah Kasus: 22.553 (0.5%)
SULAWESI TENGGARA
Jumlah Kasus: 19.769 (0.5%)
MALUKU
Jumlah Kasus: 14.347 (0.4%)
MALUKU UTARA
Jumlah Kasus: 11.832 (0.3%)
SULAWESI BARAT
Jumlah Kasus: 11.738 (0.3%)
GORONTALO
Jumlah Kasus: 11.339 (0.3%). (Aisyah Nursyamsi)