TRIBUNTANGERANG.COM, KARAWANG -- Berbahagialah warga Indonesia yang dilimpahi listrik 24 jam dengan jaringan internet yang kencang.
Tidak perlu jauh-jauh di Indonesia Timur, saudara-saudara kita di Pulau Jawa saja masih ada yang belum teraliri listrik dari PLN.
Baru lima tahun belakangan ini ada listrik dari panel surya dengan penerangan yang tentunya terbatas.
Melewati jalur terjal tanah bebatuan untuk dapat menuju ke Kampung Hutan Cilele, Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang.
Baca juga: Satwa Liar Langka Katak Bertanduk Ditemukan di Pengunungan Sanggabuana Karawang oleh Tim SCF
Lokasi Kampung Hutan Cilele sebetulnya tak jauh dari perkotaan Karawang.
Bahkan lokasinya berada hanya 2 kilometer di belakang kawasan industri KIIC (Karawang International Industrial City).
Akan tetapi kondisi Kampung Hutan Cilele itu bisa dibilang terisolir.
Sebab, sulitnya akses yang berada di tengah hutan milik Perhutani, sulitnya sinyal di lokasi tersebut hingga tidak adanya aliran listrik dari PLN.
Warga di sana baru lima tahun terakhir ini teraliri listrik dari bantuan dengan menggunakan panel surya.
Oman (62) tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, saat ini Kampung Hutan Cilele ini dihuni sekitar 100 kepala keluarga.
Warga di sini sudah tinggal sejak lama, untuk dirinya tinggal di Kampung Hutan Cilele sejak tahun 1990.
"Info dari sesepuh mah, warga yang tinggal di sini sudah lama bangat dari dulu," kata Oman.
Baca juga: Waspadai Delapan Pasar Tumpah di Karawang yang Rawan Timbulkan Kemacetan Saat Mudik
Dikatakan Oman, warga Kampung Hutan Cilele memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berkebun.
Mereka menjual hasil-hasil perkebunannya ke kota ataupun ada yang langsung membawanya.
Di Kampung Hutan Cilele juga baru lima tahun mendapatkan listrik.
Itupun menggunakan panel surya.
Sebelumnya warga menerangi malamnya dengan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah maupu solar.
Baca juga: Empat Jalur Mudik di Karawang, Salah Satunya Alternatif Terutama Pemotor, Ini Rute Perjalanannya
"Alhamdulillah baru 5 tahun terakhir ini pakai panel surya, sebelumnya pakai lampu teplok minyak tanah terus minyak tanah engga ada ya pakai solar," beber dia.
Menurutnya, untuk menuju Kampung Cilele, sejak dahulu hingga sekarang hanya bisa dilalui melalui jalan berbatu dan tanah.
Ketika kemarau bisa 50 menit perjalanan, namun ketika musim hujan bisa dua jam perjalanan dari perkotaan Karawang.
"Untuk fasilitas masjid musola ya ada tapi untuk masjid lumayan jauh. Kalau sekolah Alhamdulillah saya mendirikannya SD kelas jauh kalau SMP dan SMA non formal, ijazah itu ujian paket," ungkap dia.
Sementara Yudha (10) anak warga setempat mengungkapkan kesulitan mendapatkan sinyal ponsel.
Tak hanya itu untuk menyalakan televisi juga sangat sulit.
"Sinyal susah jarang main hape, TV juga engga bisa engga kuat listrik. Kalau main ya main aja di luar aja," terang dia.
Yati (40) warga lainnya mengungkapkan ingin sekali dapat hidup lebih layak.
Walaupun memang diakuinya warga di sini tinggal di lahan pemerintah atau milik Perhutani.
"Mau si ada listrik PLN biar lebih terang, kalau panel surya terbatas. Terus juga kan engga ada penerangan di sepanjang jalan, jalannya juga tanah batu," katanya. (MAZ)