Stunting

Cegah Stunting, Protein Terutama Hewani Harus ada dalam Menu Sehari-hari

Penulis:
Editor: Lilis Setyaningsih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

susu jadi sumber protein hewani yang praktis, mengandung nutrisi lebih lengkap dan relatif lebih murah

 Prof Fika menjelaskan ada sejumlah efek buruk ketika tubuh kekurangan asupan protein hewani, di antaranya tubuh akan kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik, belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah. Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. Pada akhirnya berujung stunting dan terburuknya adalah gangguan kognitif.

Baca juga: Lesti Kejora Bawa Anak ke Tempat Kerja Gara-gara Tak Ingin Melewatkan Tumbuh Kembangnya

“Protein hewani penting dalam mencegah dan mengatasi stunting, meskipun tidak boleh juga diabaikan semua zat gizi mulai dari karbohidrat, lemak, dan mikronutrien, semua tetap diperlukan,” tegas dr. Denta.

Iamenegaskan kembali, ASI adalah asupan bayi yang wajib diberikan setelah lahir, setelah MPASI, maka bayi harus diberikan gizi yang lengkap dan seimbang. Mulai MPASI, susu sebagai sumber protein hewani adalah pelengkap dan bisa dikombinasikan dengan sumber protein hewani lainnya seperti  daging, ikan, atau telur.

“Prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang. Jadi harus mengandung juga karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral. MPASI tidak bisa menu tunggal. Misalnya hanya diberikan sayur atau buah saja. Tetap harus menu lengkap dengan tekstur yang disesuaikan usia anak. Oleh karena itu ada makanan pendamping ASI yang sudah difortifikasi dengan kandungan gizi lebih lengkap,” ungkap dr. Denta.

Solusi jitu cegah stunting dengan susu dan telur 

“Stunting adalah hasil dari asupan gizi yang tidak mencukupi dalam waktu lama atau kondisi status gizi buruk yang dibiarkan dalam waktu lama. Kalau gizi buruk biasanya berat badannya tidak bertambah, tetapi jika sudah stunting tinggi badannya pun ikut terpengaruh,” ujar dr. Denta

Ia menegaskan dampak yang paling jelas dari stunting ini selain secara fisik anak jadi pendek, kerusakan akibat stunting pun sudah sampai ke otaknya.

Jadi sulit dipulihkan lagi. Akan lebih sulit dikejar daripada gangguan pertumbuhan atau gangguan status gizi yang lain.

Jika selama hamil, asupan gizi dari ibu baik, maka bayi tidak mungkin kekurangan gizi. Setelah itu langsung diberikan ASI ekslusif 6 bulan, dilanjutkan MPASI.

Tahap MPASI ini bisanya terjadi masa kritis, atau risiko kekurangan gizi.

Kebutuhan nutrisi di usia 6 bulan selepas ASI ekslusif ini meningkat.

Orangtua harus bisa memenuhi kebutuhan gizi karena ada gap yang lebar antara kebutuhan nutrisi dan kebutuhan kalori yang tidak bisa dipenuhi dengan ASI saja.

"Jika gap ini tidak terpenuhi, maka tentu akan terjadi gangguan pertumbuhan, ganggun status gizi, dan bila dibiarkan saja tanpa intervensi, maka terjadilah stunting,” papar dr. Denta mengingatkan.

Prof Fika menambahkan, susu, telur dan ikan, mengandung protein hewani yang bagus untuk mencegah dan mengatasi stunting.

Telur dan ikan bagus tapi tidak praktis dikonsumsi, mesti diolah dulu.

Halaman
1234