TRIBUNTANGERANG.COM, BEKASI TIMUR -- Komunitas Bekasi Mendengar dan Berbicara (Kotak Menara) dibentuk pada 20 Oktober 2016.
Kotak Menara, merupakan wadah silaturahmi dan informasi bagi orangtua anak disabilitas di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.
Ditemui Wartakotalive.com, Minggu (25/9/2022) Lisa Suryani (39) selaku pendiri Kotak Menara mengisahkan awal mulanya terbentuk komunitas tersebut.
"Asal mulanya karena saya memiliki anak yakni Khaulah Al Azwar (11) atau karib disapa Ola dengan disabilitas pendengaran. Saya melihat ternyata teman-temannya banyak yang seperti dia (Ola), tetapi sayangnya di Bekasi belum ada wadah yang bisa menaungi teman-teman untuk bisa bersatu dan berbagi ilmu," ucap Lisa di kediamannya di Jalan Pulau Panaitan 2 No.75, RT.003/RW.014, Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi, Minggu (25/9/2022).
"Jadi, inisiatif saya mengumpulkan teman-teman itu agar kami memiliki wadah dan juga tempat bertukar pikiran dan informasi dengan teman-teman," imbuhnya.
Lisa melanjutkan, anaknya kemudian bisa bersekolah ke umum.
"Lalu, karena perpindahan anak saya sekolah dari khusus ke umum, kemudian teman-teman yang lama ingin reuni, atas inisiatif punya kenalan yang senior bagaimana kalau dibuat komunitas saja," katanya.
Baca juga: Komunitas Banksasuci, Penjaga Sungai Cisadane dari Sampah dan Limbah
Berawal dari situ, diajak teman-teman supaya ilmu yang didapat tidak hanya ruang lingkup yang terbatas.
"Makanya saya ajak teman-teman yang lain di tempat seminar agar bisa meyakini bahwa mereka itu bisa bersinergi bersama-sama. Kalau misalkan hanya berjuang sendiri memiliki anak disabilitas itu sangat susah, tetapi kalau semuanya berjuangnya bersama-sama Insha Allah kami lebih kuat," imbuhnya.
Sebelum tercetus dengan nama Kotak Menara, Lisa sempat menamainya dengan sebutan Komunitas Peduli Tunarungu Bekasi.
Namun, ada beberapa faktor yang akhirnya nama komunitas tersebut diubah.
"Untuk pencetusan pertama kali saya memberikan namanya itu sebenarnya Komunitas Peduli Tunarungu Bekasi. Kemudian beberapa waktu ke depan, saya berinisiatif mengganti nama menjadi Kotak Menara dikarenakan saya ingin agar tidak ada kata bias dari kata tunarungu dan tuli," ceritanya.
"Soalnya ada teman-teman yang ingin disebut dengan tuli untuk disabilitas pendengaran mereka, ada juga teman-teman yang ingin disebut tunarungu," ungkap Lisa.
Baca juga: Komunitas Perias Pengantin Jabodetabek Isi Kegiatan dengan Seminar, Lomba, dan Liburan Bersama
Perempuan kelahiran 13 Oktober 1982 ini juga menuturkan, anggota yang ada tak hanya berasal dari Bekasi saja, namun, dari luar Bekasi pun banyak.
Sehingga saat ini, Kotak Menara telah memiliki 450 anggota.
Anggotanya berasal dari berbagai macam daerah tetapi mayoritas karena namanya saja ada Bekasinya maka dari itu dari ada dari kota dan kabupaten Bekasi, terus juga Jakarta, Depok, Bogor dan Bandung. Bahkan yang terjauh ada dari Aceh, Sumatera, dan Lampung.
"Kami di sini aktifnya itu belajar melalui WhatsApp grup dan sekarang total ada 450 anggota," paparnya.
"Tetapi kalau dari sosial media seperti Instagram dan Facebook (kotak menara) itu yang follow saja. Biasanya di sosmed kegiatan apa yang dilaksanakan dan sudah akan dishare," ucap Lisa.
"Terus kalau misalkan anggota yang kadang-kadang streaming atau hanya ada soft copy kami bagikan. Kendalanya karena komunitas sosial, terus juga tenaganya juga sosial ya sebenarnya kami juga kesulitan di marketing IT. Maka dari itu saya tak bisa sendiri, dibantu tiga rekan saya yang lainnya," urainya.
Ibu lima anak ini menjelaskan, Kotak Menara memiliki beragam aktivitas atau kegiatan yang sangat menarik.
Mulai dari seminar, workshop, dan sebagainya.
"Kami pernah membuat acara yang diikuti 200 orang di sebuah mal Bekasi yakni tentang perilaku untuk anak disabilitas untuk menangani tantrum (ledakan emosi). Semakin ke sini juga semakin banyak berkaitan dengan habilitasi anak bagaimana menanganinya dari sejak awal sampai sekarang," jelas dia.
Lisa melanjutkan Kotak Menara memiliki tujuan untuk para teman-teman disabilitas dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan Kotak Menara pada Jangka pendeknya berharap anak-anak yang sudah dapat mendengar dan berbicara bisa masuk ke sekolah umum.
"Semoga memang sudah siap masuk ke sekolah umum, kalau untuk sekolah khusus sendiri itu kan dibatasi otomatis kalau tidak ada hambatan yang lain di dalam mendengar dan berbicara anak disarankan ke sekolah umum," paparnya.
"Kami ingin jangka pendek anak-anak bisa berbaur dengan masyarakat umum. Kemudian jangka panjang anak-anak yang diwadahi oleh Kotak Menara ini suatu hari bisa mandiri," katanya.
Baca juga: Komunitas Lari yang Berasal dari POMG Labschool Kebayoran, Ikut Harus Suka Olahraga
Memasuki tahun ke enam ini, Kotak Menara ada rencana membuat kegiatan keterampilan untuk anak-anak, karena mayoritas anak-anak ini kan tidak semuanya bisa berbicara.
Menurutnya, masih banyak lapangan pekerjaan yang melakukan diskriminasi terhadap teman-teman disabilitas.
"Pekerjaan yang disediakan masih banyak yang diskriminasi disabilitas. Tentunya anak-anak disabilitas masih harus dibekali keahlian khusus agar mereka tidak tergantung bekerja dengan orang lain. Jadi, kalau mereka mandiri juga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dari kemampuan yang dia miliki," katanya.
Ke depannya, Lisa berharap teman-teman disabilitas diberikan kesempatan dan hak yang sama dengan yang lainnya untuk bersama-sama membangun negara.
Dia berharap, semua masyarakat pada umumnya baik Indonesia maupun dunia, bisa menganggap para disabilitas ini merupakan bagian dari pembangunan.
Memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan yang tidak disabilitas. Begitu juga pendidikan.
Bersama timnya, perempuan yang mengenakan hijab merah ini sangat terbuka bagi para donatur yang ingin ikut serta membantu teman-teman disabilitas.
"Untuk sementara karena kami masih komunitas sosial jadi kalau ada bantuan dari manapun melalui saya dan tim kami seleksi kembali mana yang lebih dan berhak mendapatkan bantuan. Jadi, kami seleksi prioritas bantuan yang dibutuhkan biasanya alat bantu dengar," katanya.
Baca juga: Komunitas Sepeda Dutago Gelar Gowes Sejauh 77 Km Peringati HUT RI, Pesertanya ada Berusia 72 Tahun
Dia juga berharap tidak hanya dari Pemerintah saja, namun bisa dari pihak lain yang ingin membuka sekolah.
Hal ini untuk memberikan kesempatan anak-anak untuk berbaur dengan anak-anak umum lainnya.
Selain itu, bantuan juga bisa berbentuk beasiswa pendidikan.
"Kalau sembako sudah ada. Jadi untuk sementara karena bersifat sosial bisa hubungi sosial media (kotakmenara)," jelas Lisa.
Ia juga berharap ada perusahaan ataupun lembaga yang ingin mengajak anak-anak kesempatan untuk melatih kemampuan dan menggali potensi mereka agar dapat mandiri dengan keahlian yang mereka miliki.
"Jadi sangat senang sekali jika ada yang menawarkan kerjasama dengan kami untuk memberdayakan anak-anak kami. Karena kelak akan menjadi generasi selanjutnya akan dewasa sama seperti kita ingin berumah tangga, bekerja, karena setiap manusia setiap warganegara Indonesia memiliki hak yang sama termasuk para disabilitas," tutur dia. (m27)