"Anaknya sudah usia empat, lima, atau bahkan tujuh tahun baru sadar kalau ternyata mengalami gangguan pendengaran," jelas dia.
Ibu lima anak ini menuturkan, jika orangtua baru mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan pendengaran di atas lima tahun akan lebih sulit mengejar ketertinggalannya.
"Kalau sudah di atas usia lima tahun, tidak secepat anak usia golden age, maka dari itu Ola sudah memakai alat bantu dengar sejak usia 2 tahun," tambah dia.
Lisa menuturkan untuk membeli alat bantu juga tidak murah.
Namun, demi sang buah hati Lisa rela penghasilan pekerjaannya dipangkas per bulan untuk melunasi alat bantu dengar tersebut.
"Saya akui harganya memang mahal, saya waktu itu kan masih bekerja akhirnya minjam ke kantor dengan cicilan ke kantor potong gaji,"ceritanya.
"Makanya yang saya pikirkan perlu bantuan dari donatur untuk anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ada yang maaf yatim piatu, atau ada orangtua tetapi pekerjaannya belum ada," jelas dia.
Lisa melanjutkan, Ola sempat bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta selama tiga bulan.
"Saya merasa di SLB kurang komunikasi dua arah, karenakan temannya sama-sama memiliki keistimewaan. Maka dari itu pas Sekolah Dasar (SD) saya pindahkan saja ke sekolah umum Alhamdulillah lebih aktif berbicaranya karenakan temannya ajak ngobrol terus," imbuhnya.
Baca juga: Komunitas Banksasuci, Penjaga Sungai Cisadane dari Sampah dan Limbah
Sementara itu, Ola mengaku senang sekali bisa mendengar dan berbicara.
Saat ini, ia memakai dua alat bantu dengar.
"Saya pakai alat bantu dengar, alat kanan 118 desibel, dan alat kiri 100 desibel. Saya bisa mendengar dan berbicara. Saya ingin seperti teman-teman lain. Saya bersekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Yayasan Pendidikan Islam 45 Bekasi," ungkap Ola.
"Saya suka membaca komik, menonton film anime dan menggambar," tutur gadis kelahiran 17 September 2011 ini. (m27)