Menurut Sandiaga, jika layanan keimigrasian bagus, niscaya target 7,4 juta wisatawan mancanegara (wisman) akan datang ke Indonesia selama tahun 2023.
Karena itu, kata Sandiaga, dirinya akan memonitor dan evaluasi secara ketat jumlah kunjungan turis itu, setelah layanan imigrasi dipermudah.
"Dalam rangka mencapai target wisatawan mancanegara, kami akan berkoordinasi tiap bulan (dengan Ditjen Imigrasi) untuk memonev (monitor dan evaluasi) wisatawan mancanegara," ujarnya.
"Monev dilakukan agar mengetahui, bagaimana capaian kunjungan wisatawan mancanegara dari segi pendapatan dan penciptaan lapangan kerja, yang tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh ekonomi kita," katanya.
Layanan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta juga pernah dibahas oleh Presiden Jokowi.
Jokowi pun meminta ada perubahan total pada kantor-kantor Imigrasi di Indonesia, termasuk kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta.
Saat itu, Presiden menyoroti layanan imigrasi yang banyak dikeluhkan yakni mengenai visa on arrival (VoA) dan Kartu Izin Tinggal Terbatas (Kitas).
Jokowi menyebut, dari laporan yang diterimanya, banyak baik dari investor maupun turis, bahkan mereka yang ingin mengurus Kitas merasa kesulitan saat pengurusan di imigrasi.
"Auranya yang saya rasakan itu, imigrasi ini masih mengatur dan mengontrol. Sehingga apa? Menyulitkan. Ini yang diubah total, harus," ujar Jokowi dikutip dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (10/9/2022).
Jokowi menegaskan tak menutup kemungkinan penggantian pejabat terkait apabila perubahan total layanan imigrasi menjadi lebih melayani dan memudahkan belum tercapai.
"Seharusnya auranya adalah memudahkan dan melayani. Harus berubah total. [Kalau perlu) Dirjennya diganti bawahnya diganti semua, biar ngerti bahwa kita ini berubah," tegasnya.
Pelayanan yang memudahkan dan melayani akan berimbas pada datangnya investasi dan turis ke Indonesia.
Menurutnya, seharusnya dalam hal pemberian visa atau Kitas kepada para investor dilihat juga besarnya investasi, jumlah lapangan kerja yang terbuka, hingga kontribusi terhadap ekonomi maupun peningkatan ekspor. Ia memberikan contoh sejumlah negara yang mempermudah visa dan izin tinggal bagi para warga negara asing yang memiliki kemampuan ekonomi maupun keahlian khusus.
"Jadi orang diberikan, baik itu yang namanya visa, yang namanya kitas kalau kita ya mereka melihat itu. Kalau dia investor, investasinya berapa, sih? Dia lihat, negara itu pasti lihat. Dia membuka lapangan kerja berapa ribu orang, sih? Atau memberikan kontribusi terhadap ekonomi kita berapa, sih? Orientasinya mesti harus ke sana. Atau meningkatkan ekspor berapa, sih?" kata Jokowi dikutip dari Kontan.co.id.
Maka diduga salah satu yang membuat Indonesia kurang menarik bagi para investor bahkan turis yaitu urusan imigrasi yang masih bergaya lama.