TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Momen Hari Raya Imlek 2023, Klenteng Hian Thian Siang Tee hanya melayani umat yang akan menjalankan ibadah.
Klenteng yang terletak di Jalan Gelora, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat itu, tidak menggelar kegiatan perayaan khusus seperti pada umumnya saat Hari Raya Imlek.
"Memang Covid sudah turun, sudah diperbolehkan membuat acara secara offline, cuma kalau kami buat acara enggak cukup Rp 50 juta," ujar Jotimano selaku Biokong atau pengurus klenteng saat ditemui Tribuntangerang.com (Warta Kota Network) di lokasi, Jumat (20/1/2023).
Menurutnya, Klenteng Hian Thian Siang Tee akan tetap melayani umat yang hendak beribadah, namun tidak akan ada woro-woro atau menggelar event spesial seperti sebelum pandemi Covid-19.
Jotimano mengatakan, dana yang didapat dari umat tidak cukup untuk menghelat acara.
Pasalnya, kas klenteng yang ada sangat terbatas.
"Ya kan kami seikhlasnya saja kalau ada yang masih kasih. Uang dari umat yang ada juga kan enggak nutup. Enggak mungkin saya ikutin mereka kalau mau beribadah terus nodong uang," katanya.
"Nanti orang yang mau ibadah lari. Jadi ya sudah enggak ada apa-apa," imbuhnya.
Wujud Rasa Syukur
Kendati demikian, Jotimano memaknai Imlek tahun ini sebagai rasa syukur.
Sementara wujud syukur tersebut ia implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Saya pernah suatu ketika setelah magrib, hampir meninggal karena kecelakaan mobil, kalau enggak ditolong dewa di sini, mungkin saya mati," kata Jotimano.
Tak ada harapan besar yang ditancapkan Jotimano.
Ia hanya berharap agar perayaan Imlek di Klenteng Hian Thian Siang Tee berjalan lancar, meskipun tak ada acara.
Untuk informasi, Klenteng Hian Thian Siang Tee merupakan tempat ibadah kaum Tionghoa penganut kepercayaan Taois .
Selayaknya tempat peribadatan, saat memasuki Klenteng Hian Thian Siang Tee, pengunjung akan disambut oleh aroma dupa yang khas dan oriental.
Selain itu, bangunan klenteng ini pun didominasi oleh warna merah pekat dengan hiasan lampion dan ukiran aksara China.
Untuk melakukan ibadah, pertama masuk pengunjung akan diminta mencuci tangan terlebih dahulu untuk kemudian mendapat satu bundel Hio.
Hio tersebut akan dibakar dan pengunjung harus memasang lilin pada Hiolo besar berwarna emas dengan ukiran naga yang terletak tepat ditengah pelataran klenteng.
Setelah itu, barulah pengunjung akan dibebaskan melakukan sembahyang kepada dewa-dewa.
Klenteng ini menyuguhkan setidaknya 17 meja untuk beribadah dengan dewa-dewa yang berbeda.
Meja tersebut sudah diberi urutan nomor mulai dari nomor satu yang berada dekat Hiolo besar, hingga nomor 17 yang berada pada sayap kiri klenteng.
Adapun urutan 17 meja tersebut sebagai berikut :
1. Giok Hong Siang Tee
2. Hiang Thian Siang Tee
3. Tol Te Kong
4. Kwan Im Po Sat
5. Kwan Seng Tee Kun
6. Tjing It Thian Kun
7. Hok Tek Tjeng Sim
9. Pan Ko Te Kong
10. Tho Thong Sia Djin Kong
11. Seng Ong Kong
12. Seng Bo Nio Nio
13. Ong Kwi Hou
14. Ems Surya Kencana
15. Eyang Yugo Thay Losu Imam Sujono Djilosu
16. Thay Sui Sing Cin
17. Tjauw Jun Kong
Menariknya, meja nomor 15 dan 16 merupakan sebuah petilasan, bentuknya pun berbeda seperti sebuah makam.
Petilasan tersebut pun bukan merupakan petilasan dewa China, melainkan tokoh beragama Islam.
Sehingga pada saat hari besar Islam, terdapat pula umat Islam berkunjung untuk melakukan doa di petilasan tersebut. (m40)