TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Seorang penjual tuak menawarkan dagangannya di bundaran Tekno, Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Penjual tuak memakai batang-batang bambu sebagai wadah tuaknya. Untuk berpindah tempat, dia memikul empat batang bambu tersebut.
Satu batang bambu berongga besar itu berisi cairan tuak. Lalu, pedagang itu mengangkat bambu yang diikat dengan tali. Kemudian, dia menuang cairan bernuansa keputihan ke dalam gelas.
Sedangkan batang bambu lagi untuk menyimpan gelas-gelas minum.
Segelas tuak manis dicampur es batu ditawarkan dengan harga Rp 5.000.
Nama pedagang tuak yang berjualan di bundaran Tekno yakni Gumar.
Menurut Gumar, dia membeli minuman yang dibuat dari pohon aren tersebut dibeli di Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Lalu, dia menjual kembali minuman tersebut di sekitar bundaran Tekno. Sejak dua tahun lalu, dia berjualan di bundaran tersebut.
Batang-batang bambu yang dipikulnya itu berisi lima liter tuak yang dijualnya berkeliling di sekitar Serpong.
Sepanjang hari, dia bisa berjalan kaki belasan kilometer.
Gumar mengatakan, pelanggannya kebanyakan warga yang memang sudah mengenal tuak, terutama dari Rangkasbitung.
Namun, berjualan tuak manis tak semanis rasa tuaknya.
"Kadang per hari saya hanya dapat Rp 20.000 atau Rp 25.000. Bahkan kemarin hanya ceban (Rp 10.000). Itu saya jualan dari pagi," ucapnya dengan nada sedih, Kamis (26/1/2023).
Dalam logat Sunda kental, dia mengatakan bahwa penggemar tuak tidak banyak.
"Kemarin hanya dua gelas. Haduhhh. Mungkin karena belum dikenal orang. Dari pagi itu, sampai jam 18.00 hanya dapat Rp 10.000."
"Kadang kepikiran untuk mencari tempat jualan lain tapi satu sisi, di sini saya sudah punya pelanggan," kata Gumar.
Baca juga: Minuman Tradisional Betawi Bir Pletok Raup Omzet Rp 30 Juta per Bulan