Dua Kali Jalani Persalinan Caesar, Ari Kian Bangga pada JKN

Editor: Ign Prayoga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ari Pandan Wangi, warga Kabupaten Tangerang, yang senang karena persalinannya berjalan berkat adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

TRIBUNTANGERANG.COM, TIGARAKSA - Ari Pandan Wangi (30), mengaku lega dan gembira setelah penantiannya selama sembilan bulan menunggu kelahiran sang buah hati.

Ari, sapaan akrabnya, merupakan seorang ibu dengan dua orang anak yang menetap di salah satu wilayah Kabupaten Tangerang.

Ari mengaku senang jika proses persalinannya kali ini berjalan dengan lancar berkat dukungan dan atas kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

"Alhamdulillah, kelahiran anak kedua saya berjalan dengan lancar. Meskipun sebelum waktu kelahiran sempat ada kekhawatiran karena belum terjadi kontraksi di waktu yang seharusnya," kata Ari, Kamis (6/4/2023).

"Tetapi, persalinan berakhir dengan lancar dan anak saya lahir tanpa kekurangan suatu apapun," imbuhnya.

"Beruntungnya, kami sudah persiapkan dan memanfaatkan JKN sejak masa kehamilan awal. Adanya JKN begitu membantu kami ketika proses melahirkan berubah menjadi persalinan caesar," ujar dia.

Ari melahirkan sang anak melalui proses persalinan caesar. Hal ini terjadi karena Ari tidak kunjung merasakan kontraksi di usia kehamilannya yang sudah menginjak lebih dari 39 minggu.

Mencegah risiko yang terjadi, Ari diberikan rujukan oleh dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk segera memeriksakan kondisi kehamilannya di rumah sakit. Berkat kesigapannya, Ari diarahkan oleh dokter untuk bersiap menjalani proses persalinan caesar.

"Selama kehamilan saya rutin kontrol di puskesmas. Hasil pemeriksaan juga terlihat kalau bayi sehat. Tetapi, memasuki minggu ke- 39 masih belum ada tanda-tanda kontraksi. Akhirnya saya coba periksakan dahulu ke dokter di puskesmas," ungkap Ari.

"Ternyata dokter menyarankan untuk di periksa lebih lanjut oleh dokter di rumah sakit. Saya khawatir karena kehamilan pertama juga sempat mengalami kendala, makanya setelah dokter memberikan rujukan saya langsung ke rumah sakit," cerita Ari.

Ari menambahkan, kepesertaannya di JKN sempat nonaktif karena dia tidak segera melakukan peralihan dari segmen peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) menjadi peserta mandiri atau peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU).

Ari baru mengaktifkan kembali kepesertaannya menjelang waktu persalinannya yang sudah semakin dekat.

Beruntung, proses persalinannya berjalan dengan lancar dan dapat ditanggung JKN.

"Saya akui kalau keputusan menunda saat itu tidak tepat. Bukan berarti sebelum sakit atau membutuhkan pengobatan kita mengabaikan keaktifan kepesertaan JKN," ujarnya.

"Untuk kehamilan anak kedua ini, saya sudah pastikan sejak jauh hari kalau Kartu JKN selalu aktif dengan rutin membayar iuran setiap bulan. Sejak kelahiran anak pertama, saya semakin sadar bahwa JKN itu sangat penting dan manfaatnya besar sekali. Jadi, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak taat membayar iuran," jelas Ari.

Ari menyatakan bahwa ia puas dengan pelayanan JKN. Sejak pemeriksaan kehamilan trimester awal hingga akhir di FKTP, prosedurnya sangat mudah dipahami.

Ia tidak merasakan kesulitan dan dokter sangat sigap begitu menemukan ada tanda-tanda mengkhawatirkan. Ari begitu bangga karena Indonesia memiliki Program JKN.

"Program yang besar dan sangat terlihat perannya dalam membantu masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Khususnya, bagi masyarakat yang kurang mampu," tutur Ari.

"Seperti saya, karena kondisi mendadak harus menjalani persalinan caesar yang sudah pasti butuh biaya besar kalau tanpa JKN. Jadi,saya berharap akan semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan besarnya manfaat JKN," kata Ari.

"Selain itu, dari sisi masyarakat atau peserta JKN juga semakin memahami akan hak dan kewajibannya sebagai peserta. Masyarakat tidak perlu ragu akan kehebatan program ini," kata dia.

"Tanpa JKN, masyarakat itu perlu mempersiapkan biaya yang besar untuk pengobatan," ujar Ari. (*)