TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Bakal calon presiden Prabowo Subianto dikabarkan akan melakukan pertemuan dengan Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh atau akrab disapa Yenny Wahid.
Hal ini diungkapkan oleh Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani usai melakukan pertemuan dengan Partai Gelora di Media Center Partai Gelora, di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (19/8/2023).
"Ya memang insyallah dalam waktu dekat bu Yenny dan bu Sinta. Tanggalnya lagi diatur," singkat Muzani.
Sebelumnya, Bakal Calon Presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo mengunjungi kediaman istri Presiden Keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah, di Ciganjur, Jakarta, Minggu (13/8/2023).
Baca juga: Gibran Pakai Seragam Warna Biru, Yenny Wahid: Ternyata Petugas Parkir
Ganja saat bertemu dengan Sinta mengaku, bahwa menjadikan sosok Gus Dur dan sang ayah Presiden keempat RI itu Abdul Wahid Hasyim sebagai inspirasi dalam bernegara.
"Pertama, terkait hukum, seperti diceritakan Gus Dur dalam tulisannya, hukum positif yang berlaku di Indonesia telah mengakomodasi aspek penting dalam hukum Islam atau syariat di dalamnya, yaitu ketahanan (deterrence)," kata Ganjar dalam keterangan, Minggu (13/8/2023).
Menurut Gubernur Jawa Tengah itu, hukum positif ke depan perlu adil dan bisa ditegakkan tanpa pandang bulu, seperti yang dicita-citakan Gus Dur dan Wahid Hasyim.
"Bukan tumpul ke bawah dan tajam ke atas, kemudian menjadi kunci keberhasilan negara atas rakyatnya. Dalam hal ini, adalah mewujudkan baldatun thoyibatun wa rabun ghofur," kata Ganjar.
Baca juga: Hasil Survei: Pasangan Ganjar-Yenny Wahid Teratas, Anies-Aher Cuma 1,5 Persen
Kepada Sinta, Ganjar juga mengaku belajar dari Gus Dur dan Wahid Hasyim untuk menerima Pancasila sebagai azas tunggal.
"Dengan begitu, kata Gus Dur, perjuangan-perjuangan memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti amanat dalam lima sila Pancasila bisa diwujudkan. Khususnya terkait mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Ganjar dalam pembicaraan dengan Sinta juga berbicara mengakui sempat tidak memahami maqashidu syar’iah atau maksud-maksud hukum Islam.
"Dari tulisan dan pemikiran Gus Dur, lah saya mengetahuinya. Bahwa di dalamnya ada unsur hifzul mal (menjaga harta), hifzul nafs (menjaga jiwa), hifzul din (menjaga agama), hifzul aql (menjaga akal), dan hifzul nasl (menjaga keturunan)," kata Ketua Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) itu.