TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Sebuah peristiwa mengiris hati terjadi di kota metropolitan Jakarta.
Empat kakak beradik berusia satu sampai enam tahun tewas dan jenazahnya dijejerkan di tempat tidur.
Keempat bocah tersebut diduga dihabisi oleh sang ayah, Panca.
Sebelum melakukan aksi nekat tersebut, Panca melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya.
Tindakan Panca membuat sang istri terluka dan dilarikan ke rumah sakit.
Saat sang istri di rumah sakit, Panca bagai dirasuki iblis. Dia diduga membunuh anaknya satu demi satu di rumah kontrakannya di Jagakarsa, Jaksel.
Aksi KDRT yang dilakukan Panca terhadap sang istri diketahui oleh warga.
Warga melerai dan menolong istri Panca.
Namun, tidak ada upaya lebih lanjut untuk menjauhkan keempat anak itu dari Panca.
Panca lalu mengurung diri di dalam rumah bersama keempat anaknya hingga dia berbuat nekat tanpa ada yang bisa mencegahnya.
Kasus tewasnya 4 anak di Jagakarsa menjadi bukti nyata bahwa anak selalu menjadi korban dari konflik orangtuanya.
Pakar psikolog forensik Reza Indragiri mengatakan kondisi ini dikarenakan anak-anak secara umum memiliki kelemahan yang multidimensional.
Secara fisik, mustahil bagi anak untuk melakukan perlawanan secara frontal terhadap pihak yang akan menyakitinya.
Secara psikis, anak tidak menduga bahwa pihak yang akan menyakitinya ternyata adalah orang tuanya.
"Anak relatif gampang dimanipulasi, diintimidasi," ujar Reza Indragiri, Jumat (8/12/2023).