TRIBUN TANGERANG.COM, JAKARTA- Nama Menteri Kebudayaan Fadli Zon belakangan ini ramai diperbincangkan.
Pasalnya Fadli Zon ingin 'memoles' sejarah 1998 yang kelam menjadi lebih 'berwarna'
Diketahui politikus Gerindra ini mengatakan bahwa adanya rudapaksa (pemerkosaan) massal pada kerusuhan Mei 1998 sebagai sebuah rumor.
Dia mengatakan bhwa rudapaksa kala itu tidak terjadi atau tidak pernah ada.
Sontak pernyataanya menuai protes dari netizen.
Netizen mengatakan bahwa pernyataan Fadli Zon yang ingin 'menghapus' sejarah kelam tragedi Mei 1998 keterlaluan.
Banyak netizen yang mengatakan bahwa Fadli Zon tidak merasakan kesedihan keluarga dan orang yang mengalami rudapaksa pada peristiwa tersebut.
Protes tidak hanya datang dari warga sipil biasa, Anies Baswedan juga buka suara suara soal pernyataan Fadli Zon.
Eks gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ini meminta agar Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjaga kejujuran dalam menyampaikan sejarah bangsa secara utuh, termasuk mengungkap sisi-sisi kelam yang pernah terjadi.
Ia menegaskan bahwa jika sejarah hanya memuat kisah-kisah kemenangan tanpa menyertakan penderitaan dan pelajaran dari masa lalu, maka sejarah itu akan menjadi tidak utuh dan kehilangan maknanya.
“Kita adalah bangsa yang besar dan bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, termasuk sisi-sisi kelam yang pernah terjadi? Sejarah akan menjadi cacat dan kehilangan makna bila hanya berisi deretan kisah kemenangan, tanpa menunjukkan luka dan pelajaran yang harus diingat bersama”.
Hal itu diungkapkan Anies Baswedan melalui akun X-nya (twitter) @aniesbaswedan pada Kamis, 19 Juni 2025.
Anies menyuarakan pandangannya dalam konteks menanggapi langkah Fadli yang ingin menulis ulang sejarah Indonesia “dengan nada positif” dan pernyataannya bahwa kejadian rudapaksa (pemerkosaan) massal pada kerusuhan Mei 1998 sebagai sebuah rumor alias dianggapnya tidak ada.
Anies juga menyebut bahwa mengakui seluruh manis pahit kebenaran sejarah, justru adalah fondasi penting untuk membangun keadilan dan persatuan sejati.
Sementara menyangkal atau menghapusnya hanya akan melemahkan persatuan.
“Mengakui seluruh kebenaran sejarah, baik pahit maupun manis, baik capaian pembangunan di era Orde Baru maupun tragedi pemerkosaan massal Mei ‘98, adalah fondasi penting untuk membangun keadilan dan persatuan sejati. Sebaliknya, menyangkal atau menghapus sebagian perjalanan bangsa justru akan menjauhkan kita dari cita-cita keadilan sosial dan melemahkan persatuan”.
Menutup cuitannya, Anies menekankan bahwa setiap kebenaran sejarah penting, untuk menjaga agar setiap capaian yang telah diraih Bangsa Indonesia menjadi kebanggaan, dan setiap “luka” menjadi pelajaran.
Dalam beberapa waktu terakhir, proyek beranggaran Rp 9 miliar dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang ingin menulis ulang sejarah nasional memantik polemik nasional.
Pro dan kontra memanas karena banyak kalangan yang menduga ada nuansa “pesanan politik” dan subyektifitas “memoles masa lalu” karena ada indikasi bakal menghapus adanya kasus rudapaksa massal pada kerusuhan Mei 1998 dari sejarah nasional Indonesia. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News