Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura di Bulan Muharram, Lengkap dengan Dalil Hadits Shahih

Editor: Joko Supriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI BERDOA - Puasa sunnah pada hari Tasua (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yakni Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR Muslim).

3. Membedakan dengan ibadah kaum Yahudi 

Tasua (9 Muharram) dianjurkan agar umat Muslim berbeda dari kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada Asyura. Diriwayatkan dari Ibu Abbas, Rasulallah bersabda

"Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad).

4. Pahala setara dengan 30 hari puasa 

Satu hari puasa Asyura di bulan Muharram akan memberikan pahala yang setara dengan puasa 30 hari.

Dlansir dari Antara, seperti diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulallah SAW bersabda

"Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr).

5. Meneladani ibadah yang dilakukan Rasulullah SAW

Mengingat rangkaian keutamaan di atas, puasa Tasua dan Asyura sangat disarankan untuk dilaksanakan oleh umat Islam.

Ibadah sunnah ini tidak hanya bernilai besar dari sisi pahala, tetapi juga merupakan bentuk keteladanan terhadap praktik yang dilakukan Rasulullah SAW.

Antusiasnya Nabi SAW dalam melaksanakan puasa tersebut diceritakan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas Ra.: عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ 

"Tidak pernah aku melihat Nabi SAW sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari 'Asyura' dan bulan ini, yaitu bulan Ramadan" (HR. Bukhari).

Demikian juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas RA : لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ اَلتَّاسِعَ

Halaman
123