Berita Viral

Daftar 5 Anggaran Pemkot Tangsel yang Dikritik Eks Penyanyi Cilik Leony, Konsumsi Rapat Rp 60 Miliar

Nama eks member Trio Kwek-Kwek bersama Dhe Ananda dan Alfandy ini viral karena mengupas soal

Editor: Joseph Wesly
(Instagram)
KRITIK ANGGARAN- Eks penyanyi cilik Leony Vitria Hartanti. Leony mengkritik anggaran Pemkot Tangsel 2024. (Instagram) 

TRIBUNTANGERANG.COM- Nama eks penyanyi cilik Leony Vitria Hartanti kini sedang ramai dibicarakan.

Nama eks member Trio Kwek-Kwek bersama Dhe Ananda dan Alfandy ini viral karena mengupas soal Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Tahun 2024.

Dia membeberkan laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangeran Selatan tahun 2024 yang memiliki jumlah 520 halaman yang  dianggapnya janggal.

Tak lupa, dia juga mengkritisi besaran anggaran yang menurutnya bernilai fantastis dan janggal di matanya.

Lewat unggahan di Instagram Story, Leony menyoroti beberapa anggaran yang menurutnya berlebihan.

Dia membandingkan anggaran di sebuah pos dengan pos lain yang dianggapnya seharusnya lebih mendapatkan perhatian.

Berdasrkan unggahannya, Leony membahas 5 anggaran yang dianggapnya tidak logis dan janggal.

Lantas apa saja 5 anggaran tersebut?.

Berikut daftar 5 anggaran fantastis Pemkot Tangsel yang dikritik Leony.

1. Anggaran Suvenir Capai Rp 20 Miliar

Salah satu pos pertama yang disorot Leony adalah anggaran pengadaan suvenir yang mencapai Rp 20,48 miliar.

Jumlah itu naik sekitar 51,94 persen dari tahun sebelumnya, yang hanya Rp 13,48 miliar.

Menurut Leony, angka tersebut tergolong fantastis bila dibandingkan dengan kebutuhan dasar masyarakat. Ia mempertanyakan urgensi anggaran hibah barang dalam jumlah besar.

“Souvenir Rp 20 M. Sampai penambah daya tahan tubuh dan pakaian pun kita belanjain mereka,” tulis Leony, menyentil ironi penggunaan dana publik.

Unggahan ini langsung menuai reaksi dari warganet, yang turut mempertanyakan prioritas anggaran pemerintah daerah.

2. Konsumsi Rapat: Rp 60 Miliar

Tak hanya suvenir, Leony juga mengkritik biaya konsumsi rapat yang tercatat sebesar Rp 60 miliar sepanjang 2024.

Ia membandingkan besarnya anggaran konsumsi pejabat dengan kebutuhan nyata masyarakat, seperti perbaikan fasilitas umum dan bantuan sosial.

“Makanan dan minuman rapat Rp 60 M. Bayangin aja, buat rapat doang bisa segitu nilainya,” sindirnya.

Publik pun menanggapi dengan reaksi beragam, sebagian besar menyayangkan betapa besar dana yang dihabiskan hanya untuk konsumsi internal pemerintahan.

3. Perjalanan Dinas vs Pemeliharaan Jalan

Leony juga mengangkat ketimpangan antara anggaran perjalanan dinas yang mencapai Rp 117 miliar dengan pemeliharaan jalan dan irigasi yang hanya Rp 731 juta.

Bagi Leony, perawatan infrastruktur seharusnya menjadi prioritas utama, karena langsung berdampak pada kehidupan warga.

“Nah uang pajak dari rakyat untuk rakyat kan berarti ini ya, beban pemeliharaan jalan, jaringan, dan irigasi Rp 731 juta aja ceunah,” tulisnya.

Ia menambahkan komentar sarkas:

“Mungkin di Tangsel enggak banyak jalan rusak, jadi segitu aja sudah cukup biayanya selama setahun.”

Warganet merespons dengan menyindir ironi tersebut dan mempertanyakan prioritas anggaran pemerintah.

4. Bantuan Sosial Setara Mi Instan

Salah satu kritik paling tajam Leony ditujukan pada anggaran bantuan sosial (bansos) yang hanya sebesar Rp 136 juta.

Ia membaginya dengan jumlah penduduk miskin di Tangsel pada 2024, yakni 43.330 jiwa.

“136.421.607 : 43.330 = 3.148. Berarti per orang tuh cuma dapet 1 bungkus mi instan dalam setahun,” tulisnya dengan nada satire.

Ungkapan ini viral dan menjadi perbincangan karena menunjukkan minimnya alokasi anggaran untuk kelompok rentan.

Banyak warganet menilai bahwa bansos seharusnya mendapat perhatian lebih ketimbang anggaran konsumsi dan perjalanan dinas.

5. Masalah Anggaran Pendidikan dan Guru Honorer

Leony juga menyoroti sektor pendidikan, khususnya kesejahteraan guru honorer. Dari total anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Rp 860 miliar, sebanyak Rp 479 miliar dialokasikan untuk belanja pegawai.

Namun, alokasi itu ternyata tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan guru honorer.

Ia membagikan pesan dari seorang warganet yang mengaku sebagai istri guru honorer, dan menyebut sang suami hanya menerima honor Rp 500.000 setiap tiga bulan.

“Nih real ya! Anggaran belanja jasa itu enggak nyampe tepat sasaran!!” tulis Leony, menggarisbawahi ketimpangan yang terjadi.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti mandatory spending di bidang pendidikan yang mencakup konsumsi rapat, perjalanan dinas, hingga honorarium narasumber dengan nilai yang mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.

“Pokoknya ratusan halaman kira-kira kaya begini lah laporannya, ratusan miliar habis buat perjalanan dinas, beli ATK, makan minum rapat, belanja barang dan jasa, dll,” tulisnya.

Sorotan Leony mempertegas kekhawatiran publik bahwa alokasi anggaran pendidikan tak berpihak pada pelaku pendidik di lapangan, terutama guru honorer yang selama ini berjasa besar dalam sistem pendidikan dasar.

Latas Belakang Aksi Leony

Kritik tajam itu bermula dari pengalaman pribadinya saat mengurus balik nama rumah warisan ayahnya.

Ia mengaku kaget dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) hingga puluhan juta rupiah.

Biaya tinggi itu mendorongnya mencari tahu lebih dalam tentang penggunaan pajak daerah oleh Pemkot Tangsel.

Dari situlah, Leony mulai membedah laporan keuangan daerah. Ia kemudian membagikan sederet temuan yang memicu diskusi luas di kalangan warganet.

Reaksi publik muncul bukan hanya karena angkanya, tetapi karena narasi personal dan gaya penyampaian Leony yang lugas dan sarkastik dikutip dari Kompas.com

Temuan Leony memicu diskusi publik yang meluas. Banyak pihak memuji keberaniannya membongkar laporan keuangan pemerintah daerah secara mandiri. 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved