Tangsel Alami Lonjakan Kasus TBC, Dinkes Perangi Penyakit Menular dari Akar
TBC ini bukan penyakit baru. Tapi kalau tidak ditangani dengan tepat, bisa menular dan berdampak besar
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG- Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Tangerang Selatan mengalami lonjakan signifikan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Allin Hendalin Mahdaniar mengungkapkan berdasarkan hasil skrining terhadap 29.000 warga selama satu tahun terakhir, ditemukan sekitar 4.426 kasus TBC, termasuk 1.007 kasus pada anak-anak.
Hal ini memicu perhatian serius dari pemerintah kota untuk memperkuat penanganan dan pencegahan penyakit menular tersebut.
Allin menyatakan TBC merupakan penyakit menular yang perlu ditangani secara komprehensif dan holistik, mulai dari deteksi dini, pengobatan, hingga edukasi masyarakat.
"TBC ini bukan penyakit baru. Tapi kalau tidak ditangani dengan tepat, bisa menular dan berdampak besar. Kami lakukan evaluasi setiap minggu, dan semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah," ujar Allin kepada TribunTangerang.com, Serpong, Tangsel, Senin (14/10/2025).
Dari data yang ada, lanjut Allin, kasus TBC anak-anak umumnya berasal dari penularan orang dewasa yang tinggal serumah.
Oleh karena itu, Pemkot Tangsel menekankan pentingnya investigasi kontak terhadap minimal 15 orang di sekitar pasien, serta pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi yang rentan.
Baca juga: Allin Hendalin Mahdaniar : Penyebab Perbedaan Angka Stunting di Kota Tangerang Selatan
"Banyak kasus di mana justru anaknya yang lebih dulu terdeteksi, padahal sumber penularannya adalah orang tuanya, terutama ayah yang kerap menyepelekan batuk kronis," ucap Allin.
Untuk memutus rantai penularan, Pihaknya mencanangkan program RW Bebas TBC. Targetnya, 10 persen dari RW di Tangsel mendeklarasikan wilayahnya bebas TBC pada tahun ini.
Allin mengatakan, program ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat, mulai dari sosialisasi, screening massal, pendampingan pasien, hingga bantuan makanan bergizi untuk percepatan pemulihan. Bahkan, RW dapat mengusulkan program bedah rumah bagi pasien TBC yang tinggal di hunian tidak layak.
"RW harus aktif mengingatkan warganya untuk rutin minum obat selama enam bulan. Jangan sampai putus obat, karena bisa menyebabkan TBC menjadi kebal obat," ujar Allin.
Baca juga: Allin Hendalin Mahdaniar Pastikan Tak Ada Kasus Infeksi Hepatitis Akut pada Anak Usia Dini
Dalam upaya menghilangkan stigma, Dinkes Tangsel terus melakukan edukasi bahwa pasien TBC tidak lagi menular setelah dua minggu pengobatan, sehingga masyarakat tidak perlu mengucilkan penderita.
"Stigma justru bisa memperparah kondisi pasien, baik secara mental maupun ekonomi. Sekarang ini, masyarakat makin sadar. Saat batuk berkepanjangan, sudah mulai periksa ke fasilitas kesehatan," ungkap Allin.
Dengan pendekatan menyeluruh yang melibatkan masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah, Allin berharap dapat menekan angka TBC secara signifikan. (m30)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
Deteksi Dini Diperluas, Dinkes Tangsel Hadapi Stigma dan Ketakutan Warga Lewat Program Ngider Sehat |
![]() |
---|
Warga Baduy Kanekes Protes Kelangkaan Serum Anti Bisa Ular, Sekali Suntik Diminta Bayar Rp 3,5 Juta |
![]() |
---|
Alasan Belum Ada Dapur MBG Bersertifikat Higienis di Tangsel, Dinkes Buka Suara |
![]() |
---|
Jack Arianto Damanik Warga Pematangsiantar Sumut Diterlantarkan di Pulau Kosong di Maluku karena TBC |
![]() |
---|
Lonjakan DBD Biasa Terjadi di Oktober hingga Mei, Dinkes Tangsel Minta Warga Lakukan Program 3 Plus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.