Aksi Terorisme
Afganistan Jadi Tempat Latihan Teroris yang Beraksi di Indonesia, 10 Gelombang WNI Pernah Berangkat
Ia mencatat ada lebih dari 10 gelombang WNI yang berangkat ke Afganistan dengan maksud menjadi kombatan pejuang di Afganistan.
"Di sana mereka sebagai apa sebetulnya, ini perlu dicermati."
Baca juga: Lebih dari 50 Persen Sekolah di Tangerang Selatan Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka
"Jangan-jangan yang kembali ini ada juga yang kombatan. Ada juga yang terlibat perang," tuturnya.
Ia mengingatkan Taliban telah berhasil membebaskan 5.000 orang tahanan yang juga merupakan kombatan.
Dia menduga, ada orang Indonesia yang turut dilepaskan Taliban.
Baca juga: Mendikbudristek Minta Kampus di Wilayah PPKM Level 1-3 Segera Gelar Perkuliahan Tatap Muka Terbatas
"Seperti beberapa waktu yang lalu ada pembebasan atau dilepaskannya 5.000 orang dari penjara."
"Berapa orang Indonesia tuh di dalamnya, yang dilepaskan, yang oleh Taliban diputihkan lagi itu ya, sekarang keluar dari penjara," paparnya.
Aswin menerangkan, eks kombatan Taliban dinilai memiliki tingkat radikalisme yang tinggi.
Baca juga: Padahal Bukan Nakes, Kadisdikbud Kota Tangsel Mengaku Sudah Disuntik Vaksin Booster Merek Moderna
Sebab, kata dia, mereka mengalami proses pencucian otak oleh pihak Taliban.
"Mereka yang kembali ini memiliki tingkat radikalisme yang tinggi, karena ada pembelokan tujuan."
"Dari awalnya mungkin terpanggil untuk membela atau melindungi sesama Umat Islam, kemudian berubah menjadi mendirikan Daulah Islamiyah."
Baca juga: Kantongi SK Kemenkumham, Partai Ummat Resmikan Kantor DPP di Tebet
"Merasa bahwa jalan untuk mewujudkan kemenangan itu dengan menguasai dan mendirikan negara," bebernya.
Aswin mengingatkan, Indonesia punya pengalaman buruk terhadap eks kombatan Taliban usai kembali ke Indonesia. Rata-rata, mereka pernah melakukan aksi teror.
"Selesai pulang ke Indonesia dan melakukan berbagai aksi teror ya di sini."
Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Rendah, DPR: Harus Diberikan Prioritas dan Perhatian Khusus
"Sebagaimana yang tercatat di kita itu ada bom malam Natal ketika konflik di Poso, Bom Bali 1, bom Bali 2, bom JW Marriott, bom Kedubes Australia, Ritz Carlton dan sebagainya."
"Jadi aksi mereka itu hasil-hasil dari keberadaan mereka di Afganistan."
"Itu secara nyata dan faktual memberikan dampak terhadap pemikiran dan aksi mereka setelah kembali ke Indonesia," paparnya. (Igman Ibrahim)