Kabar Duka

Profil Eben Burgerkill Meninggal Dunia Saat Konser 48 Tahun Godbles di ICE BSD

Eben Burgerkill diduga mengalami serangan jantung hingga mengembuskan napas terakhirnya usai konser 48 tahun Godbless

istimewa
Gitaris Eben Burgerkill meninggal dunia saat manggung di Konser 48 Tahun Godbless yang digelar virtual di ICE, Tangerang, Banten, Selasa (31/8/2021). 

Tetapi gaya bermusik Iwan tak banyak memengaruhinya. Sebab ia lebih pilih band-band Eropa, seperti Gojira, Hacride, atau Lyxanzia.

Selain itu band Amerika old-school seperti Megadeth, Slayer, dan Anthrax juga jadi fondasinya bermusik. "Dari awal, Burgerkill sepakat untuk mengeksplorasi musik. Jangan stagnan," ujar Eben.

Eben adalah gitaris Burgerkill dan juga satu-satunya pendiri band yang masih bertahan. Bersama Burgerkill sejak 1995, ia telah malang melintang mencicipi berbagai macam panggung.

Dari skala kecil hingga pentas internasional macam Soundwave, Big Day Out di Australia, Bloodstock Festival (Inggris) dan Wacken Open Air (Jerman).

Prestasi internasional Burgerkill pun tak main-main, mereka pernah jadi penyabet kategori Metal As F*ck dari majalah Metal Hammer asal Inggris.

Hampir seluruh panggung besar dalam negeri juga telah dijajal. Mulai dari Java Rockin'land, Sonic Fair, Hammersonic hingga ke penjuru Kalimantan di Kukar Rockin' Fest.

Kini, band yang pernah jadi pembuka konser Lamb of God di Indonesia itu diperkuat vokalis Iyupi Yupiki alias Vicky menggantikan mendiang Ivan Firmansyah. Anggota lainnya, pembetot bas yang kalem, Ramdan Agustiana, gitaris Agung Ridho, dan Putra Pra Ramadhan, sebagai drummer yang terpilih lewat audisi--mengganti Abdul Kandris.

Band besutan Eben ini dinilai jurnalis Metal Hammer, Dom Lawson, sebagai harta karun di tengah citra buruk Indonesia sebagai negara korup. Juga amat jarang komunitas metal bisa hidup di negara berkembang. Hal itulah yang membuat kategori Metal as F*ck, yang merupakan kategori penghargaan band metal inspiratif, jatuh ke Burgerkill pada 2013.

Penghargaan tersebut semakin mengukuhkan popularitas Burgerkill hingga kini. Jumlah begundal--sebutan penggemar mereka--yang terlihat di akun @burgerkill mencapai 700 ribuan, dan terus bertambah. "Yang terdaftar resmi sebanyak 3 ribu orang," kata Eben.

Beritagar.id menyatroni rumah dedengkot band musik cadas ini pada Kamis lalu (13/7/2017) di Jalan Gemuruh, Turangga, Bandung. Dia mengenakan kacamata. Rambutnya yang gondrong dikuncir ekor kuda tertutup topi. Ia baru selesai salat asar. "Ibadah mah kewajiban bro," ujarnya, lantas menaikkan dua sudut bibirnya.

Kepada Heru Triyono, Andi Baso Djaya, Aditya Nugraha dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo, Eben bercerita tentang ancaman pembakaran gitar oleh ayahnya, titik terendah Burgerkill dan pertarungan aliran di Ujungberung. Berikut kisahnya:

Panggil saya Bento

Bermula di SMA Negeri 1 Ujungberung. Pada 1993 Eben masuk ke sana dan bertemu Ivan dan Kimung, yang merupakan personel awal band. Mereka sering bertemu di ruangan guru bimbingan konseling karena sering kena kasus.

Mereka kedapatan mencoret-coret seragam yang digambar logo band kesukaan hingga tertangkap tangan sedang merokok. Nah, sambil dihukum di ruangan itu, mereka membicarakan musik, sampai akhirnya sepakat bikin band pada 1995.

Band itu bernama Burgerkill, yang merupakan ide dari Eben. Filosofinya sederhana: mengubah nama restoran Burgerking menjadi Burgerkill karena terdengar keren. Itu saja.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved