Kesehatan

Deteksi dan Penanganan Dini Kanker Prostat pada Pria Dewasa Perpanjang Usia hingga 10 Tahun

Deteksi dini kanker prostat bisa meningkatkan kualitas hidup pria. Bahkan, deteksi dini juga dapat memperpanjang umur hingga 10 tahun.

Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Intan UngalingDian
www.imc.id
Ilustrasi seorang pria menderita kanker prostat sedang menahan rasa nyeri. Deteksi dini kanker prostat dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang umur 1o tahun hingga 90 persen. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Penderita kanker prostat kerap datang memeriksakan kesehatannya dalam kondisi stadium lanjut.

Hal itu disebabkan karena deteksi dini kasus kanker prostat di Indonesia belum optimal.

Menurut Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM Dr dr Irfan Wahyudi SpU (K), deteksi dini sebagai tahapan penting dalam tata laksana kanker prostat dan harus dilakukan segera.

Dia menjelaskan, pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditata laksana pada stadium dini, memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai 90 persen. 

Harapan hidup lebih lama itu akan menurun sampai 50 persen jika ditemukan pada stadium lanjut. 

Saat ini, di Indonesia terdapat  banyak angka kejadian kasus kanker prostat baru ditemuka dalam stadium lanjut.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya program deteksi dini lebih baik dan efisien. 

Baca juga: Arief R Wismansyah Imbau Siswa Terapkan Protokol Kesehatan saat Belajar di Sekolah

Baca juga: Ari Lasso setelah Menderita Covid-19 Kini Mengidap Kanker Limfoma, Daniel Mananta Diminta Berdoa

"Publikasi terakhir menunjukkan kebanyakan pasien datang pada saat stadium empat," kata Irfan saat Webinar Awam bertajuk 'Deteksi Dini dan Berbagai Penanganan Kanker Prostat', pekan lalu.

Penderita kanker prostat itu terdiagonosa pada usia 60-79 tahun.

Dia berharap, masyarakat Indonesia meningkatkan kesadaran untuk peduli terhadap penyakit ini, sekaligus segera melakukan deteksi dini jika mencurigai ada gejala tertentu.

Sementara itu, dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid SpU (K) PhD, Ketua Prostate Cancer Awareness Month,  mengatakan, kanker prostat dapat terjadi pada seseorang atas alasan tertentu.

Seperti faktor usia, ras, riwayat keluarga, perubahan gen, sindrom metabolik seperti diabetes, kolesterol dan obesitas.

Selain itu, gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, pola diet tidak baik, serta kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat.

"Sebagian besar pasien dengan kanker prostat stadium awal tidak menyadari adanya gejala. Gejala terkadang baru dirasakan pasien saat kanker sudah menyebar ke organ lainnya," kata Agus.

Gejala yang dikeluhkan pasien kanker prostat seperti gangguan berkemih, urine atau air mani berdarah.

Baca juga: 5 Mitos Kesehatan Kulit, Ada Kesalahahpahaman dalam Perawatan Kulit

Baca juga: Manfaat Pisang Barangan yang Jarang Diketahui, Terutama untuk Kesehatan Pencernaan

Selain itu, disfungsi ereksi, sakit pada pinggang, punggung dan tulang iga, kelemahan pada tungkai/kaki dan ketidakmampuan mengontrol kandung kemih. 

"Kanker prostat juga dapat menyebar ke organ-organ terdekat, seperti kandung kemih, tulang atau organ lain."

"Kanker prostat yang menyebar ke tulang dapat menyebabkan nyeri dan patah tulang," ujarnya. 

Agus menambahkan, deteksi dini pada kanker prostat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu anamnesa dengan melihat riwayat medis pasien dan keluarganya.

Melakukan pemeriksaan fisik seperti Digital Rectal Exam (DRE) atau colok dubur untuk menilai dan melihat ukuran prostat, konsistensi, bentuk, serta ada atau tidak abnormalitas bentuk pada prostat.

Pemeriksaan lab dengan melakukan pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA).

Menurut Agus, PSA merupakan pemeriksaan darah yang penting pada skrining kanker prostat dengan nilai sensitivitas sebesar 21persen dan nilai spesivisitas sebesar 91persen.

"Nilai ini dapat meningkat apabila terdapat pembesaran pada prostat jinak, prostatitis, dan kondisi jinak lainnya," katanya lagi.

Baca juga: Menteri Kesehatan: Jangan Takut Dites Covid-19 dan Dilacak

Baca juga: Menteri Kesehatan Targetkan Vaksinasi Covid-19 Rampung pada Januari 2022

Seseorang dikatakan memiliki risiko kanker prostat rendah, apabila mendapatkan nilai PSA dibawah 4 ng/ml. 

Risiko terkena kanker prostat akan meningkat seiring peningkatan nilai PSA.

"Skrining untuk kanker prostat dapat mulai dilakukan bagi pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat pada keluarganya dan pria berusia di atas 50 tahun yang memiliki keluhan gangguan berkemih," ujar Agus.

Dia menjelaskan, setelah melakukan diagnosa, pasien yang terdiagnosa mengidap kanker prostat harus menjalani beberapa terapi tergantung pada stadium kanker.

Pada kanker prostat stadium rendah dapat dilakukan pemantauan ketat, operasi dan radioterapi. 

Untuk kasus kanker prostat stadium lanjut  terlokalisir dilakukan radioterapi pada pasien. 

Sedangkan untuk kasus kanker prostat sudah menyebar dilakukan terapi Hormonal dan kemoterapi. 

Baca juga: Menteri Luhut: Aplikasi PeduliLindungi Jadi Bagian Gaya Hidup untuk Jaga Keamanan dari Covid-19

Baca juga: IKEA Mengajak Pelanggan Terapkan Gaya Hidup Sehat dalam Sajian Menu Terbaru Berbahan Nabati

Menurunkan risiko kanker prostat, masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan seperti  melakukan diet sehat tinggi buah dan sayuran.

Memilih makanan sehat dibandingkan suplemen, melakukan olahraga secukupnya, menjaga berat badan, dan konsultasi dokter.

Saat ini, Rumah Sakit Universitas Indonesia telah memiliki beberapa layanan untuk meningkatkan deteksi kanker prostat.

Layanan itu, mulai dari medical check-up (MCU) prostat, Magnetic resonance imaging (MRI) 1.5 T, skrining PSA.

Serta biopsi prostat robotik yang dapat meningkatkan tingkat akurasi deteksi kanker prostat. 

Layanan tersebut akan diberikan secara  gratis bagi masyarakat, mulai 13 September 2021 sampai 1 Oktober 2021. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved