BMKG Luncurkan SIRITA, Ponsel Bakal Berbunyi Keras Seperti Sirene Saat Ada Peringatan Dini Tsunami
Dua inovasi ini diluncurkan untuk mengantisipasi potensi tsunami di selatan Jawa.
Penulis: Yaspen Martinus | Editor: Yaspen Martinus
"Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," tegasnya.
Dwikorita menegaskan, hingga saat ini tidak ada teknologi atau satu pun negara di dunia yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat.
Apalagi, lengkap dengan perkiraan tanggal, jam, lokasi, dan magnitudo gempa.
Baca juga: Timba Ilmu di Bali, Siswa Program ADEM Dukung PON XX Papua Berjalan Sukses
Semua masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut.
BMKG memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan dan menambah jalur-jalur evakuasi, lengkap dengan rambu-rambu di zona merah menuju zona hijau.
Mengingat luasnya zona bahaya (zona merah) dan padatnya pemukiman penduduk, maka pemerintah daerah harus lebih cermat dan tepat dalam memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang diperlukan.
Baca juga: Hasil Survei Ungkap 34,33 Persen Warga Enggan Divaksin Covid-19 karena Anggap Prosesnya Rumit
Pertimbangannya adalah jarak lokasi tempat evakuasi, waktu datangnya gelombang genangan tsunami, kelayakan jalur, serta menyiapkan mekanisme dan sarana prasarana evakuasi secara tepat.
Pemerintah daerah, lanjut Dwikorita, juga perlu menyiapkan secara khusus sarana dan prasarana evakuasi bagi kelompok lanjut usia (lansia) dan difabel.
Masyarakat juga harus terus diedukasi mengenai potensi bencana dan cara menghadapinya.
Baca juga: PKS Wacanakan Duet Anies-Sandi di Pilpres 2024, Gerindra Risih
"Saya rasa perlu juga disiapkan semacam Tempat Evakuasi Sementara (TES) ataupun Tempat Evakuasi Akhir (TEA)."
"Sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi dengan ketersediaan stok/cadangan logistik yang memadai," usulnya. (*)