Berita Tangsel
Kisah Pawang Ular di Situ Bungur Nyaris Tewas Saat Dipatok Kobra Jawa Sepanjang 2 Meter
Ia mengaku rasa khawatir akan kematian yang mulai menghantuinya usai dipatok ular kobra berbisa tersebut.
Penulis: Rizki Amana | Editor: Mohamad Yusuf
TRIBUNTANGERANG.COM, CIPUTAT TIMUR - Doni F Setiaji (58) seorang pawang ular mengisahkan dirinya saat bertarung nyawa usai dipatok seekor ular kobra Jawa sepanjang dua meter.
Peristiwa itu bermula dari adanya sejumlah warga Situ Bungur, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang memberikan ular kobra tersebut kepadanya usai ditangkap.
Ular itu diberikan warga kepadanya dengan kondisi mulut yang tertutup lakban.
"Kebetulan ada warga menangkap ular kobra sepanjang dua meter terus diserahkan ke saya. Mulut dan hidungnya tertutup lakban, saya usahakan buka supaya tidak mati. Ternyata sisa lakban nempel di telunjuk saya, dan akhirnya ularnya mematok jari saya," ungkap kepada TribunTangerang saat ditemui di lokasi, Ciputat Timur, Kota Tangsel, Senin (27/12/2021).
Doni mengakui untuk pertama kalinya ia merasakan gigitan ular usai kerap beraktifitas pada komunitas pecinta hewan.
Ia mengaku rasa khawatir akan kematian yang mulai menghantuinya.
Ditambah efek dari bisa ular kobra yang menggigitnya itu mulai dirasakan oleh pria berusia paruh baya itu.
"Yang penting bagaimana caranya saya bisa terselamatkan, otomatis kita minta tolong teman untuk membawa ke klinik yang terdekat dulu," jelasnya.
Doni menuturkan dirinya yang lama bergelut tentang pemahaman sejumlah racun ular itu mulai merasakan efek samping dari gigitan kobra tersebut.
Efek samping yang pertama dirasakannya berupa rasa nyeri pada tangan kiri yang tergigit oleh ular kobra jawa tersebut.
Tak lama, bisa tersebut membuat pelinghatannya mengabur.
"Tangan saya lama kelamaan membiru, bengkak dan nyeri banget. Langsung kepala kita pusing, kita keluar keringat dingin dan penglihatan memudar dan lemas saya," ungkapnya.
Melihat kondisi tubuh yang mulai tergulai tak berdaya, sejumlah rekannya langsung melarikan Doni ke klinik terdekat untuk mendapat pertolongan pertama.
Nahas, klinik tersebut tak dapat berbuat banyak mengingat tak adanya serum anti bisa ular (sabu) yang tersedia.
Kemudian rekan dari Doni yang juga aktif pada komunitas pecinta ular itu pun melakukan langkah penanganan pertama.