Bisnis
Masih Dikuasai Film Impor, Pemerintah Diminta Ikut Andil Majukan Perfilman Indonesia
Untuk memajukan industri perfilman Indonesia, perlu adanya turun tangan dari Pemerintah guna menangani bisnis bioskop
Penulis: Arie Puji Waluyo | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Pembagian layar film layar lebar masih menjadi masalah laten yang tak bisa diselesaikan sampai detik ini.
Hal ini lah yang kerap membuat film nasional sulit tayang di bioskop.
Tentu masalah pembagian layar menjadi polemik dasar yang dikeluhkan para sineas dan rumah produksi di Indonesia setiap melahirkan karya yang akan ditayangkan di bioskop
Benny Benke, wartawan senior dan pengamat perfilman Indonesia merasa masalah ini harus diselesaikan.
Baca juga: Idolakan Tompi, Andira Utami Berharap Bisa Berkolaborasi
Mengingat bisnis bioksop masih dikuasai oleh jaringannya.
"Bisnis bioskop masih dikuasai jaringannya. Kenapa? Karena mereka merasa dirinya swasta, bukan BUMN. Jadi mereka menghidupi dirinya dari usaha ini tanpa bantuan Pemerintah," kata Benny Benke kepada Wartakotalive. Benny mengatakan, pembahasan pembagian layar pada dasarnya sudah diatur dalam UU, dimana 60 persen diisi film nasional dan 40 persen diisi film import.
"Nyatanya tidak terjadi. Film yang sudah jadi dan mendapat Surat Tanda Lulus Sensor (STLS), penayangannya aja mungkin masih bisa dipersulit," ucapnya.
"Karena apa? Karena masih dikuasai film impor, baik film hollywood dan sebagainya. Padahal UU sudah menyatakan demikian, tapi tidak berjalan," tambahnya.
Baca juga: Punya Bakat Bernyanyi, Ruben Onsu dan Sarwendah Dukung Penuh Thalia Putri Onsu Jadi Penyanyi
Benny mengatakan pembagian layar yang tidak merata dikeluhkan oleh sutradara dan produser setiap ingin merilis film mereka di bioskop.
Oleh sebab itu, Benny merasa untuk memajukan industri perfilman Indonesia, perlu adanya turun tangan dari Pemerintah guna menangani bisnis bioskop.
"Karena UU hanya tertulis saja, tidak diterapkan," tegasnya.
Jika Pemerintah turun tangan untuk merapihkan sistem dalam bisnis bioskop dan industri perfilman, maka para pelaku perfilman akan merasa sangat dihargai.
"Bisnis perfilman akan maju jika ada sistem yang adil baik dari pelakunya, penontonnya, dan penikmatnya. Kalau sistem adil, bisnis perfiman akan berjalan untuk semua pihak," jelasnya.
Benny Benke memastikan, setiap sineas dan produser, tentu tidak mau merugi setiap melahirkan karya film yang disaksikan masyarakat Indonesia.
"Kalau rugi, ya engga rugi banget mendekati modal lah. Kalau untung ya semua maunya untung," ujar Benny Benke. (Arie Puji Waluyo/ARI).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/Benny-Benke.jpg)