Tangerang Raya
Penataan Kawasan Pesisir Kabupaten Tangerang Jadi Objek Penelitian 12 Negara
Wilayah di utara Kabupaten Tangerang semula kumuh sekarang berubah, terlihat eksotis dan diklaim memiliki nilai ekonomis.
Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Intan UngalingDian
Dari konsep tersebut, kami bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Kemensos (Kementerian Sosial), dan mitra-mitra swasta lainnya.
Akhirnya secara bertahap terciptalah akuakultur seperti yang bisa kita lihat seperti sekarang.
Tak cuma itu, perekonomiannya juga kami bangun. Kami menyediakan peralatan nelayan dan bantuan usaha baru dalam rangka membuat masyarakat mendapat penghasilan selain sebagai nelayan.
Mengapa diberi nama aquaculture?
Berkaitan dengan sumber daya air. Airnya tercemar sampah menumpuk termasuk sendimentasi. Ke depan jadi hutan bakau yang tinggi dan rindang.
Ternyata dampak positifnya kualitas air menjadi lebih baik. Dulu dengan tercemarnya air, berefek ke tambak ikan.
Sejumlah ikan dan udang mengalami stunting. Sekarang dapat tumbuh dengan baik dan dirawat juga. Sehingga menjadi ikan serta udang unggulan dari bentuk dan rasanya.
Aquaculture ini juga bisa dikembangkan menjadi budidaya kepiting, mangrove, dan kerang hijau.
Soal penentuan Mauk, lokasi ini dipilih karena dulu kawasan ini merupakan daerah tertinggal.
Kami punya dua program unggulan yakni Gebrak Pakumis (Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh Miskin) dan Gerbang Mapan (Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai).
Dua program ini kami kolaborasikan untuk membangun kawasan Mauk.
Sekarang sudah dapat terlihat kini sudah dibangun puskesmas, stadion, pasar, dan sekolah pesisir. Secara integrasi pembangunan sudah mulai.
Tantangan yang dihadapi apa saja?
Jadi memang untuk mengajak masyarakat, sesuatu yang baik belum tentu diterima.
Kuncinya komunikasi dengan masyarakat. Akhirnya masyarakat bisa percaya dengan pemerintah.