Tangerang Raya
Penataan Kawasan Pesisir Kabupaten Tangerang Jadi Objek Penelitian 12 Negara
Wilayah di utara Kabupaten Tangerang semula kumuh sekarang berubah, terlihat eksotis dan diklaim memiliki nilai ekonomis.
Penulis: AndikaPanduwinata | Editor: Intan UngalingDian
TRIBUNTANGERANG.COM, MAUK - Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mempersolek wilayah kawasan pesisir di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten.
Wilayah di utara Kabupaten Tangerang semula kumuh sekarang berubah, terlihat eksotis dan diklaim memiliki nilai ekonomis.
Pernyataan itu dikemukakan Ahmed Zaki Iskandar saat Tribuntangerang.com kunjungan ke lokasi 'Ketapang Urban Aquaculture', belum lama ini.
Desa Ketapang yang dulu jarang terjamah itu menjadi lebih tertata.
Ketapang Urban Aquaculture itu memiliki 16 varietas mangrove dan lebih dari 200.000 pohon dan bibit mangrove.
Menurut Ahmed Zaki Iskandar, penanaman mangrove akan berdampak positif terhadap lingkungan seperti mencegah abrasi yang saat ini sudah memakan pantai lebih dari satu kilometer.
Baca juga: Gerbang Mapan Bikin Nelayan Ketapang Punya Rumah yang Lebih Layak
Terkait penataan masyarakat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang membangun rumah layak huni, pengadaan perahu, hingga jaringan ikan.
Pasalnya, semakin hari nelayan kian jauh mencari ikan akibat abrasi.
Bagaimana kisah lengkapnya?
Berikut wawancara ekslusif Tribuntangerang.com dengan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar :
Bisa diceritakan bagaimana proses Pak Bupati mengubah wilayah ini menjadi seperti sekarang?
Jadi program Ketapang Urban Aquaculture ini sudah didesain sejak tahun 2014.
Pertama konservasi mangrove terlebih dulu karena di lokasi ini mengalami abrasi.
Lalu salah satu alasan kenapa Ketapang yang dipilih karena kawasan tersebut merupakan permukiman nelayan yang terisolir, daerahnya tidak tertata dengan baik.
Dari konservasi mangrove kami tata secara konservatif. Harus diperhatikan masyarakatnya, bukan hanya infrastrukturnya saja.
Dari konsep tersebut, kami bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Kemensos (Kementerian Sosial), dan mitra-mitra swasta lainnya.
Akhirnya secara bertahap terciptalah akuakultur seperti yang bisa kita lihat seperti sekarang.
Tak cuma itu, perekonomiannya juga kami bangun. Kami menyediakan peralatan nelayan dan bantuan usaha baru dalam rangka membuat masyarakat mendapat penghasilan selain sebagai nelayan.
Mengapa diberi nama aquaculture?
Berkaitan dengan sumber daya air. Airnya tercemar sampah menumpuk termasuk sendimentasi. Ke depan jadi hutan bakau yang tinggi dan rindang.
Ternyata dampak positifnya kualitas air menjadi lebih baik. Dulu dengan tercemarnya air, berefek ke tambak ikan.
Sejumlah ikan dan udang mengalami stunting. Sekarang dapat tumbuh dengan baik dan dirawat juga. Sehingga menjadi ikan serta udang unggulan dari bentuk dan rasanya.
Aquaculture ini juga bisa dikembangkan menjadi budidaya kepiting, mangrove, dan kerang hijau.
Soal penentuan Mauk, lokasi ini dipilih karena dulu kawasan ini merupakan daerah tertinggal.
Kami punya dua program unggulan yakni Gebrak Pakumis (Gerakan Bersama Rakyat Atasi Kawasan Padat Kumuh Miskin) dan Gerbang Mapan (Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai).
Dua program ini kami kolaborasikan untuk membangun kawasan Mauk.
Sekarang sudah dapat terlihat kini sudah dibangun puskesmas, stadion, pasar, dan sekolah pesisir. Secara integrasi pembangunan sudah mulai.
Tantangan yang dihadapi apa saja?
Jadi memang untuk mengajak masyarakat, sesuatu yang baik belum tentu diterima.
Kuncinya komunikasi dengan masyarakat. Akhirnya masyarakat bisa percaya dengan pemerintah.
Tadinya pedagang tumpah di jalan, sekarang masuk ke dalam pasar. Rumah yang dulunya kumuh, sudah diperbaiki menjadi layak huni.
Penyampaian informasi yang tepat dan desain yang tepat. Kami membangun rumah yang kumuh dulu, sudah begitu baru dilakukan relokasi.
Rabu (19/1/2022) lalu, Direktur Pelaksana Bank Dunia Ibu Mari Elka Pangestu mengapresiasi langkah Pemkab Tangerang menata Desa Ketapang.
Apa poin kunjungan Ibu Mari ke Ketapang?
Alhamdulillah Ibu Mari bisa berkunjung ke Ketapang. Ibu Mari mengatakan ini akan menjadi model pembangunan di Indonesia dan dunia. Mengubah masyarakat menjadi lebih baik dan produktif.
Dapat beradaptasi juga dengan alam, pemanasan global, membuka mata mereka karena ternyata masih banyak usaha lain di sekitar mereka.
Sudah dapat dilihat langkah ini sebagai langkah tepat.
Pemberdayaan perempuan diikutsertakan karena para istri nelayan kami bekali dengan kemampuan mengolah makanan dan program-program lainnya.
Kami juga menyiapkan tambak ikan, tempat pelelangan ikan, koperasi, serta kuliner.
Artinya secara praktik mereka tetap jadi nelayan, hanya di kala tertentu cuaca ekstrem mereka bisa mencari usaha lain. Peluang usaha kuliner dan wisata.
Ke depan, apa yang akan dilakukan Pemkab Tangerang untuk memperkenalkan wilayah aquaculture ini?
Untuk tingkat nasional, kami akan menggelar acara pada Oktober mendatang yaitu dari Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (Akkopsi).
Pada level internasional akan ada pertemuan negara pesisir pantai, Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (Pemsea) Network of Local Government (PNLG) Meeting Summit 2022 di bulan Oktober juga.
Akan hadir perwakilan dari 12 negara. Ketapang dijadikan objek penelitian dan pengembangan yang akan direplikasi ke daerah lain seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan China.
Selain hajatan nasional dan internasional, kami juga tentunya menggelar kegiatan di lokasi seperti dari segi olahraga di antaranya bersepeda dan lari.
Ada pula pagelaran sosial budaya yang dimeriahkan oleh masyarakat setempat. (Andika Panduwinata/Eko Priyono)