Perang Ukraina Rusia
Suriah Bela Rusia di Majelis Umum PBB, Anggap Negara-negara Barat Bikin Berita Palsu
Duta Besar Suriah untuk PBB, Bassam Sabbagh, menyampaikan pembelaan terhadap Rusia di Majelis Umum PBB, Senin (28/2/2022).
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Suriah jadi negara yang membela Rusia atas operasi militer di Ukraina. Duta Besar Suriah untuk PBB, Bassam Sabbagh, menyampaikan pembelaan tersebut di Majelis Umum PBB, Senin (28/2/2022).
Dikutip dari Sputnik News, pada Senin (28/2/2022), Bassam Sabbagh dari Suriah mengutuk kampanye anti-Rusia oleh media dan pemerintah negara-negara Barat.
"Delegasi saya percaya bahwa sesi darurat bersejarah tentang situasi di Ukraina ini menyelesaikan kampanye anti-Rusia yang menemukan asal-usulnya dalam retorika provokatif dan bermusuhan terhadap Rusia yang disebarkan oleh Barat untuk memicu ketegangan di Ukraina dan dengan demikian membahayakan keamanan dan integritas teritorial Rusia," kata Bassam Sabbbagh pada sesi darurat Majelis Umum PBB.
Ia menyebut ada upaya media barat yang berusaha untuk mencegah orang-orang di barat dari belajar kebenaran tentang apa yang terjadi di Ukraina.
Baca juga: Heboh Raffi Jadi Tawanan Perang, Media Rusia Anggap Cuma Berita Palsu
Hal itu mengomentari soal negara barat yang mengabaikan keadaan sebenarnya dari peristiwa di Donbass tahun 2014. Di sisi lain, NATO berusaha untuk membangun zona pengaruh di gerbang Rusia sehingga menyebabkan orang-orang di Donetsk dan Lugansk menderita.
“Eskalasi situasi antara Rusia dan Ukraina berasal dari negara-negara Barat yang tidak menghormati komitmen mereka terhadap Rusia, dan itu telah berlangsung selama beberapa dekade. Negara-negara ini telah mengabaikan masalah keamanan yang sah dari Rusia dan tidak ragu-ragu untuk menyediakan senjata dan rudal ke Ukraina," kata Sabbagh.
Dia menekankan perlunya diskusi dan diplomasi untuk menyelesaikan konflik internasional dan regional.
Baca juga: Warga Taman Royal 3 Cluster Edelways Girang Sedot WC Gratis di Momen HUT ke-29 Kota Tangerang
"Republik Arab Suriah mengutuk kampanye yang diselenggarakan dan dipimpin oleh negara barat dan media mereka terhadap Federasi Rusia, khususnya, penyebaran berita palsu yang disengaja, tuduhan berbahaya, serta foto dan video yang telah dipalsukan. Semua itu untuk mencegah Rusia menggunakan hak alaminya untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanannya, serta melindungi rakyatnya sesuai dengan piagam PBB," kata Sabbagh.
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Bashar Jaafari mengatakan kepada Sputnik pada hari Selasa (1/3/2022) bahwa Amerika Serikat telah mengembangkan rencana dan memprovokasi konflik di Ukraina untuk memblokir pasokan gas Rusia ke Eropa jauh sebelum dimulainya operasi militer khusus Moskow di Ukraina.
Baca juga: Usai Hujan Deras Senin Malam, Banjir Landa Sejumlah Titik di Serang
“Amerika menargetkan (pipa gas) Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 yang membawa gas Rusia ke Eropa sebelum peristiwa di Ukraina. Itulah sebabnya (Presiden AS Joe) Biden telah memanggil emir Qatar ke Washington dan mendiskusikan dengannya kemampuan Qatar untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas Eropa jika diperlukan," kata Jaafari.
Dia mengatakan bahwa Biden tidak dapat memperkirakan bahwa Rusia akan meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina, menambahkan bahwa AS menggunakan sarana ekonomi untuk mencapai tujuan politik.
Baca juga: Ahmed Zaki Iskandar Tegur Keras PT Sukses Logam Indonesia karena Pencemaran Lingkungan
"Barat mengerti bahwa itu mendorong presiden Ukraina ke dalam konflik untuk meledakkan situasi di Ukraina. Itulah sebabnya mereka mengadakan pertemuan puncak negara-negara pengekspor gas di Doha dan kemudian memanggil emir Qatar. Semua ini menunjukkan bahwa Presiden Putin selama ini berada dalam posisi terdakwa daripada penyerang," kata wakil menteri. (*)
Sumber: TribunJabar.id