Anies Baswedan Diminta Keseriusannya Tangani Kasus TB yang Tembus 20 ribu orang
Anies Baswedan Diminta Keseriusannya Tangani Kasus TB yang Tembus 20 ribu orang inovasi diperlukan untuk mempercepat Jakarta terbebas dari penyakit TB
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta keseriusannya dalam menangani kasus tuberkulosis (TB) di Jakarta.
Hingga tahun 2020 lalu, ada 22.156 kasus TB yang menyerang warga Jakarta.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Idris Ahmad mengatakan, pemerintah daerah harus melakukan inovasi dalam menangani penyakit TB.
Hal itu diminta Idris untuk memperingati Hari Tuberkulosis Dunia.
Baca juga: Jangan Abaikan Batuk Terus Menerus Lebih dari 14 hari, Bisa Jadi Terkena TBC
“Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah pasien TB terbanyak dan Jakarta pada tahun 2020 mencapai 22.156 kasus. Ini tergolong banyaK dan persoalan serius,” kata Idris berdasarkan keterangannya pada Jumat (25/3/2022).
Idris mengatakan, inovasi diperlukan untuk mempercepat Jakarta terbebas dari penyakit TB pada 2030 mendatang.
Pemerintah harus memberikan pelayanan pengobatan yang komprehensif agar pasien bisa lekas sembuh.
Menurutnya, banyak pasien TB yang tidak konsisten meminum obat karena mereka jenuh.
Baca juga: Antisipasi Kasus TBC, Dinkes Berkolaborasi dengan RSUD Kota Tangerang
Pasalnya durasi pengobatan cukup lama minimal enam bulan, pasien dilarang berhenti meminum obat.
“Kami melihat kasus pasien TB seringkali putus obat karena mereka putus asa dan memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Kami minta Pemprov bisa berikan layanan psikolog dan layanan pendampingan,” ujar Idris.
“Kalau perlu, Pemprov DKI tambah tenaga psikolog dan poli jiwa pada setiap Puskesmas, agar mereka merasa semangat dan didampingi dengan baik,” lanjut Idris yang juga Ketua Fraksi PSI ini.
Selain itu, Idris merasa Pemprov DKI tidak boleh hanya berfokus pada penanganan klinis.
Baca juga: Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Tangerang Targetkan 2030 Bebas Kasus TBC
Kata dia, penanganan pasien TB harus dibarengi dengan berbagai strategi lainnya.
“Jangan hanya fokus pada penanganan klinis saja. Harus menyeluruh. Lihat pasien ini kira-kira butuh apa. Efek dari obat jangka panjang juga pasti tidak nyaman. Jangan sampai mereka merasa tidak diperhatikan. Ini saatnya Pemprov buktikan,” jelasnya.
Idris juga menyoroti faktor lain yang menyebabkan masih tingginya penyebaran TB di Jakarta.