Sosok
Kisah Saparudin, Nakes yang Sudah Tiga Kali Ramadan Dihabiskan di RSDC Wisma Atlet
Nakes Wisma Atlet asal Bengkulu: Lebih dari 2 Tahun Jadi Relawan, Pantang Pulang Sebelum Corona Tumbang
Penulis: Leonardus Wical Zelena Arga | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA – Para tenaga kesehatan (nakes) jadi garda terdepan penanganan Covid-19.
Banyak kisah para nakes yang bahkan rela berjauhan dari keluarga menjadi relawan di Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta.
Mengenakan sweater lengan pendek berwarna kuning, pria asal Bengkulu mengaku sudah menjadi relawan tenaga kesehatan nakes di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Utara sejak awal pandemi Covid-19 tahun 2020.
“Saya sudah jadi relawan di sini sejak Minggu (29/3/2020) waktu awal corona, saya langsung tergerak menjadi relawan nakes dan terbang dari Bengkulu menuju Jakarta,” ujar Saparudin.
Baca juga: Sepekan Setelah Lebaran, RLC Kota Tangsel Kosong Pasien Covid-19
Pria berumur 28 tahun itu mengatakan, sudah tiga kali Bulan Ramadan tidak ia habiskan bersama dengan keluarganya di Bengkulu.
Sapar lebih memilih untuk menjalankan tugas kemanusiaan sebagai relawan nakes di RSDC Wisma Atlet.
Hal yang membuat ia bertahan hingga saat ini adalah semboyan yang selalu Sapar tanamkan, yaitu pantang pulang sebelum corona tumbang.
“Jadi memang saya dan teman-teman bakal tetap ada di sini sebelum corona benar-benar menghilang,” ujar pria kelahiran tanggal 16 Agustus itu.
Baca juga: Selain Urai Kemacetan, Demokrat Setuju WFH Usai Lebaran untuk Upaya Isoman Cegah Covid-19
Sapar bercerita kepada wartakotalive.com, Rabu (11/5/2022) di Ruang Media Center, Tower 1, RSDC Wisma Atlet, walaupun keluarganya mendukung, tetapi terkadang mereka berkeluh kesah karena tiap Idulfitri ia tidak ada di rumah.
“Motivasi awal saya ya karena dukungan dari keluarga, khususnya kedua orangtua saya. Walaupun keluarga mendukung, tapi pernah ada sedikit komplain dari mereka, ketika saya tidak bisa pulang ke Bengkulu saat Idulftri,” ujar pria lulusan Poltekkes Kemenkes Bengkulu itu.
Sapar berkomitmen, dirinya tidak mau menyebarkan virus kepada keluarga yang ada di rumah.
Walaupun ia rutin untuk check up Covid-19 di RSDC Wisma Atlet. Namun dia tidak mau membahayakan orang-orang tersayang yang ada di Bengkulu.

Komitmen Sapar runtuh ketika Senin (17/8/2020), mau tidak mau Sapar harus pulang sebentar ke Bengkulu karena ayahnya meninggal.
Dengan nada yang sedih, Sapar bercerita bahwa tanggal meninggal ayahnya bertepatan setelah satu hari ulang tahunnya.
“Saat itu, mau tidak mau saya harus pulang. Saya sebenarnya sudah ikhlas, karena memang bapak kondisinya sudah cukup tua. Tapi yang membuat saya sedih adalah ketika saya sampai di rumah, saya sudah tidak sempat melihat jenazah bapak untuk yang terakhir kalinya,” ujar Sapar dengan nada sedih sambil mengingat kejadian waktu itu.