Sungai Cisadane
Komunitas Banksasuci, Penjaga Sungai Cisadane dari Sampah dan Limbah
Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), merupakan komunitas yang dibentuk oleh Ade Yunus bersama lima orang rekannya pada tahun 2012.
Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG -- Mengalir di wilayah Provinsi Banten, Sungai Cisadane merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Jutaan masyarakat di wilayah Provinsi Banten pun menggantungkan harapan kepada sungai yang memiliki panjang 126 Kilometer (km) ini.
Baik yang menjadikannya mata pencaharian ataupun dalam kebutuhan hidup sehari-hari.
Hal inilah yang menyebabkan hati Ade Yunus (38) menjadi tergerak, untuk menjaga dan merawat kebersihan Sungai Cisadane dari sampah ataupun limbah.
Bank Sampah Sungai Cisadane atau yang disingkat menjadi Banksasuci, merupakan komunitas yang dibentuk oleh Ade Yunus bersama lima orang rekannya pada tahun 2012 silam.
Ade Yunus pun menceritakan sejarah panjang terbentuknya Banksasuci yang telah berperan besar dalam menjaga kelestarian salah satu sumber daya alam itu.
Bermula pada kecintaannya kepada alam, Ade dan teman-temannya telah aktif sejak tahun 2002 mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.
Baca juga: Nikmati Ikan Cere yang Gurih, yang Diambil Hanya dari Sungai Cisadane Tangerang
"Mulai tahun 2002 itu, kita sudah mulai memberi edukasi dan advokasi atau pembelaan hukum di bidang lingkungan kepada masyarakat tentang melestarikan lingkungan hidup, seperti pentingnya menanam dan merawat tumbuhan atau pohon," ujar Ade Yunus saat diwawancarai Wartakotalive.com secara ekslusif, pada Jumat (5/8/2022).
Tahun 2012 akhirnya diputuskan membuat Komunitas Banksasuci untuk bisa lebih fokus, bagaimana menjaga dan merawat Sungai Cisadane yang jadi sumber kehidupan masyarakat.
Lima orang pendiri Banksasuci itu memiliki pengalamannya masing-masing dalam berproses mencintai lingkungan dan alam.
Mulai dari kecintaannya menjaga alam dengan kerap mendaki gunung dan melihat sampah berserakan di alam terbuka, hingga mendapat hidayah saat tengah diterpa musibah.

Masa kecil Ade yang tinggal di kawasan Cibodas Kota Tangerang, kerap membuang sampah atau limbah rumah tangga ke kali yang berada dekat dengan rumahnya, yakni Kali Sabi.
Hal tersebut terus dilakukan dirinya serta warga lainnya, lantaran menilai kali tersebut merupakan suatu tempat pembuangan sampah.
Namun hingga suatu ketika saat banjir melanda kediamannya, Ade pun terpaksa berlindung hingga ke atap rumah.
Dan saat berada di atas hamparan banjir, ia melihat sampah-sampah yang selama ini dibuangnya sembarangan, mengalir melewati tempatnya berlindung.
Momen tersebut dinilai Ade menjadi satu tamparan menohok, dimana dirinya langsung menerima dampak dari perbuatannya selama ini.
"Saat itu, saya langsung mengikrarkan diri bahwa harus menjaga lingkungan hidup, sebab saya merasa sudah ditegur Tuhan, 'makanya kamu jangan suka buang sampah sembarangan terus, sudah saatnya kamu peduli', itulah titik saya mulai peduli dengan alam dan lingkungan," kata dia.
"Semua teman-teman memiliki historis yang berbeda, sampai akhirnya menumbuhkan kami pada keinginan untuk sama-sama merawat dan melindungi lingkungan hidup dan Alhamdulillah kepedulian itu sampai sekarang," imbuhnya.
Baca juga: Kadar lumpur di Sungai Cisadane Terus Turun, Pelayanan Air Bersih Tirta Benteng Berangsur Pulih
Berbagai kegiatan pun dilakukan Banksasuci, agar dapat terus melestarikan kebersihan dan keasrian Sungai Cisadane.
Mulai dari menjaring sampah dengan membentangkan waste trap di badan sungai, melakukan pembibitan dan penanaman pohon dibantaran sungai, hingga menggelar patroli mengelilingi Sungai Cisadane.
Waste trap sendiri merupakan metode pemasangan perangkap yang terdiri dari batangan pipa dan besi yang terpasang memanjang dari dari sisi sungai ke satu sisi sungai lain atau di seberangnya, untuk menjaga atau menghambat sampah yang ada dipermukaan sungai.
Nantinya, sampah yang terjaring pada waste trap ini akan diangkat dan kemudian dipilah.
Hasil pilahan sampah akan di olah kembali atau di daur ulang, hingga dijadikan sebagai pupuk organik.

Sedangkan untuk kegiatan patroli mengelilingi sungai, dilakukan dengan menggunakan perahu boat, guna memonitoring pencemaran sungai, baik oleh limbah industri maupun oleh limbah rumah tangga.
Selain menjaring sampah, Banksasuci juga mengumpulkan sampah dari masyarakat yang berada di sekitaran dekat bantaran Sungai Cisadane.
Sampah-sampah tersebut nantinya dikumpulkan masyarakat, dan dijual kepada Banksasuci dengan sistem menabung.
"Tabungannya itu bisa untuk biaya keperluan sekolah, kebutuhan rumah tangga, sampai menjadi tiket untuk masuk ke kawasan Banksasuci, supaya masyarakat bisa mengurangi kebiasaan yang suka membuang sampah sembarangan atau bahkan ke sungai," tuturnya.
"Dan sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis yang kita kumpulkan itu, akhirnya kita jual lagi dan dari hasil penjualannya kita bisa punya kas, untuk membangun musala, saung, sampai bangunan yang yang digunakan sebagai gudang rejeki," terang Ade.
Dengan diterapkannya pola bank sampah sebagai gudang rejeki tersebut, dinilai efektif dalam mengajak masyarakat untuk memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan.
Baca juga: Pesona Keindahan Sungai Cisadane dari Lembah Cisadane
Hal itu terlihat dari para relawan yang menukarkan sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis beragam, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.
"Alhamdulillah cara seperti ini bisa sangat efektif mengajak masyarakat untuk menjaga alam dan kebersihan lingkungan tanpan adanya paksaan," ucapnya.
"Jadi kita bisa mengajak orang supaya menjaga kebersihan, tanpa memaksa atau bahkan menyuruh secara langsung orang tersebut untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan," jelas Ade Yunus.(m28)