Pencopetan
Sejarah Jakarta, Penggunaan Karcis di Bus Sempat Mengurangi Aksi Copet
Sejarah Copet di Jakarta, Mulai Lahir Saat Transportasi Umum Berkembang Kotak Masuk
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Sebagai kota metropolitan Sejarah Jakarta lekat dengan peristiwa tindak kriminal kejahatan jalanan misalnya saja copet.
Sejak menjadi Ibu Kota negara, Jakarta mengalami pembangunan yang pesat.
Termasuk pembangunan dalam ranah transportasi umum. Seiring pembangunan transportasi umum di Jakarta itulah tindak kejahatan copet mulai dikenal dan berkembang.
Pada Sejarah Jakarta yang ditulis oleh buku Sejarah Transportasi Angkutan Bus Jakarta, masalah copet sempat menjadi momok yang memusingkan Polisi hingga Pemerintah Daerah di tahun 1974.
Saat itu, dalam sejarahnya, Jakarta mulai menggemakan pembangunan transportasi umum utamanya transportasi bus.
Bahkan Kepala Staf Kopkamtib saat itu Laksamana Sudomo mengatakan bahwa sempat menganjurkan masyarkaat tidak tinggal diam menyaksikan kejahatan di muka batang hidungnya.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Komdak Metro Jaya yang meminta masyarakat untuk ikut serta membantu negara dalam menanggulagi copet.
Baca juga: Pelaku Perampokan Toko Emas di ITC BSD Teridentifikasi
Namun, imbauan tersebut justru menjadi masalah baru di masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam menanggulangi copet bus kala itu dikhawatirkan menjadi tindak main hakim sendiri.
Benar saja, aksi warga mengejar-ngejar copet terjadi di beberapa terminal besar di Ibu Kota kala itu.
Hal ini tentu bisa jadi senjata makan tuan apabila pelaku yang dikejar ternyata bukan copet yang sebenarnya.
Wacana menaruh satu polisi dalam satu bus juga sempat bergema. Namun demikian, polisi kekurangan personel lantaran Jakarta kala itu memiliki 4000 bus kota.
Di kala itu, pengusaha bus juga angkat tangan dengan masalah copet di Ibu Kota.
Baca juga: Polisi Periksa 9 Saksi terkait Perampokan Toko Emas di ITC BSD
Dalam sejarah copet di Jakarta, pengusaha bus sempat mengaku takut busnya mendapatkan teror dari komplotan copet apabila mencoba ikut terlibat dalam membasmi tindak kejahatan tersebut.
Modus yang dilakukan para copet di kala itu juga beragam mulai dari pura-pura memberikan bangku kepada penumpang yang menjadi calon korbannya hingga melibatkan anak-anak berusia 11 tahun.